Apakah Anda, bila kebetulan sebagai warga Jakarta, ingin melaporkan suatu kejadian? Gampang, unduh saja aplikasi Qlue. Aplikasi tersebut memang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendukung program Jakarta Smart City. Melalui aplikasi Qlue ini warga bisa berinteraksi langsung dengan lurah mereka masing-masing.
Qlue mengadopsi konsep jejaring sosial, seperti Facebook. Bedanya, dengan Qlue warga dapat menyampaikan pengaduan atau keluhan secara real time, hingga mem-follow teman dan berkomunikasi (chat) dengan lurah di daerahnya. Sebab, sebelumnya, para lurah sudah dibekali aplikasi Cepat Respons Opini Publik (CROP). Warga yang akan menggunakan Qlue hanya butuh smartphone berbasis Android – ke depan, aplikasi ini akan disediakan pula untuk perangkat berbasis iOS. Jadi, dengan adanya aplikasi Qlue, tidak ada lagi alasan harus mengadu ke mana jika warga mempunyai keluhan.
Nah, Qlue ini merupakan produk besutan start-up lokal bernama TerralogiQ. Perusahaan pengembang aplikasi ini didirikan oleh Rama Raditya (31 tahun) dan Andre Hutagalung (34 tahun), sejak dua tahun silam. Selain Qlue, aplikasi lain yang telah dibuat TerralogiQ adalah ROAM, LAPIS, dan CROP. “Qlue membantu pengaduan jauh lebih efisien dan efektif, serta menolong Pemda untuk mendapatkan berbagai macam data secara terintegrasi,” ujar Rama, CEO TerralogiQ. “Qlue adalah media sosial pelaporan pertama di Indonesia, bahkan di dunia,” kata Master Manajemen Sistem Informasi dari Strayer University, Amerika Serikat ini mengklaim.
Dijelaskan Rama, dengan Qlue memungkinkan anggotanya, khususnya warga Jakarta, dapat melaporkan segala yang terjadi di lingkungan sekitar, seperti kemacetan, banjir, pelanggaran, jalan rusak, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Ada 12 kategori pelaporan yang disediakan di aplikasi Qlue. Setiap anggota yang terdaftar bisa langsung melaporkan kejadian atau keluhan, dalam bentuk teks dan foto. Laporan atau keluhan tersebut akan dilihat atau ditindaklanjuti oleh Pemda setempat. Anggota juga bisa chatting dengan lurah berdasarkan tempat tinggal anggota.
Menurut Rama, sejauh ini respons masyarakat terhadap aplikasi Qlue cukup bagus. Buktinya, sejak diperkenalkan pada pertengahan Desember 2014, hingga saat ini sudah ada 20 ribu anggota aktif, rata-rata berusia 25-35 tahun. Targetnya, tahun ini bisa mencapai satu juta anggota, baik yang menggunakan sistem operasional Android maupun iOS. Sekarang, dari 267 kelurahan yang ada di DKI Jakarta, baru 95 kelurahan yang menggunakan Qlue. “Keluhan atau laporan yang paling banyak adalah soal jalan rusak, macet, dan pedagang kaki lima,” ucap Rama. “Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah setidaknya 80% dari laporan yang masuk dapat ditindaklanjuti dengan cepat oleh pemerintah daerah,” ia menambahkan.
Diceritakan Rama, ketika ia dan timnya pada awal 2014 mengemukakan ide berupa satu peta yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal – misalnya laporan masyarakat, layanan Transjakarta, dan sebagainya, dalam dashboard Smart City – ternyata mendapat respons positif dari Basuki T. Purnama. “Tak disangka, Pak Ahok langsung tertarik dengan konsep yang kami ajukan,” ucap Rama semringah.
Menurut Rama, untuk mengembangkan Qlue ini dana yang dibenamkan mencapai Rp 500 juta. TerralogiQ mendapat kontrak perjanjian kerja sama selama 10 tahun dengan Pemprov DKI Jakarta. Melalui kerja sama ini, TerralogiQ bertindak sebagai admin yang kemudian menyerahkan data pelaporan ke Pemprov DKI. Sementara pihak Pemprov DKI Jakarta berkewajiban membantu promosi dan branding Qlue di beberapa kegiatan. “Kami bisa menarik profit margin dari iklan dan kanal lainnya, seperti advertising, avatar, dan dashboard,” ujar Rama. “Sedangkan pihak Pemda akan mendapat banyak input dan data tentang pelaporan dari warganya yang masuk melalui Qlue,” ia menambahkan.
Rencananya, selain untuk Jakarta, aplikasi Qlue juga akan ditawarkan ke Pemda Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bandung. “Saat ini sudah ada lima investor baik lokal maupun asing yang tertarik untuk membeli Qlue. Namun, belum menemui titik temu karena masalah harga. Kami juga ingin mengembangkan Qlue lebih dulu hingga benar-benar memiliki value dan berharga pantas,” ungkap Rama.
Kehadiran aplikasi Qlue ini tampaknya cukup membantu kinerja para pejabat daerah di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini diakui oleh Muhammad Iqbal, Lurah Semper Barat. Menurut Iqbal, kehadiran Qlue sangat membantu tugasnya dalam hal pengawasan. Maklum, selama ini ada keterbatasan sumber daya untuk memantau wilayahnya. “Dengan adanya Qlue, di mana masyarakat ikut mengawasi lingkungannya, tentunya akan mempermudah tugas kami,” ucap Iqbal.
Menurut Iqbal, sejak diluncurkan Desember 2014 ia langsung mengunduh Qlue. Ia menilai aplikasi ini cukup user-friendly, sehingga ia bisa cepat paham cara penggunaannya. “Pengaduan dari masyarakat yang paling banyak adalah soal sampah dan penerangan jalan,” ujar Iqbal. Mengenai penanganannya, menurut Iqbal, bergantung pada jenis pengaduan. “Kami harus melaporkan pengaduan warga ke tingkat yang lebih tinggi atau dinas teknis untuk menyelesaikan pengaduan yang sifatnya teknis atau yang membutuhkan anggaran,” katanya.
Karenanya, Iqbal menyarankan agar pihak TerralogiQ lebih meningkatkan performa Qlue, seperti soal akurasi lokasi. Juga, ia menyarankan agar dinas terkait bisa terkoneksi. “Kami ingin dinas-dinas teknis yang terkait juga harus menggunakan Qlue dan aktif, sehingga jika ada pengaduan kami bisa langsung berkomunikasi dengan mereka tanpa proses manual,” Iqbal menyarankan.
Ario Fajar & A. Mohammad B.S.
Riset: Armiadi
The post Aplikasi Qlue, dari TerralogiQ untuk Dukung Smart City appeared first on Indonesia Youngster Inc..