Quantcast
Channel: Indonesia Youngster Inc.
Viewing all 133 articles
Browse latest View live

Jurus Marnova Menembus Pasar Singapura

$
0
0
marnovaedited

Ngai Marnova, banting stir dari tenaga profesional di sebuah perusahaan multinasional menjadi pengusaha sepatu dan tas premium. Nova, demikian sapaanya, mendirikan PT Marnova di tahun 2012, sebagai perusahaan yang memproduksi produk fesyen bermerek Marnova. Ciri khas produk Marnova adalah terbuat dari kulit eksotis, eksklusif, dan pengerjaannya detil dibuat tangan. Setiap satu model dibuat dalam jumlah terbatas. “Produk Marnova memadukan kemewahan, exotic skin, nyaman, dan fashionable,” kata Nova.

Sepatu dan tas Marnova sudah menembus Isetan Supermarket, jaringan toko ritel premium di Singapura sejak tahun 2012 hingga saat ini. Marnova juga ditunjuk oleh Disney Indonesia untuk membuat tas dan sepatu Star Wars. Nova menyebutkan alasan Disney Indonesia memilih Marnova karena desain dan kualitas produk Marnova dianggap unik dan berkualitas internasional. “Saya mempresentasikan desainnya ke pimpinan Disney regional di bulan April atau Mei tahun 2015. Ketika itu, mereka sedang berkunjung ke Jakarta,” kenang Nova.

Desain yang digagas Nova mampu memikat Disney. “Akhirnya, saya dihubungi lagi oleh perwakilan Disney Indonesia untuk membuat tas dan sepatu Star Wars. Bagi saya, kepercayaan ini menjadi ajang pembuktian bahwa produk dalam negeri tidak kalah kualitasnya,” tandas mantan karyawan P&G Indonesia ini. Kolaborasi ini merupakan bagian dari rangkaian film Stars Wars: The Force Awakens di tahun lalu dan merupakan kolaborasi lisensi yang pertamakalinya di Asia. “Saya bersama tim penjahit kurang tidur demi mengerjakan proyek ini. Kami memproduksi sepatu dan tas hand made. Pengerjaannya detil dan harus rapih,” ungkapnya.

Ngai Marnova di Toko Marnova di Gedung Colony, Kemang, Jakarta. Marnova adalah merek tas dan sepatu kulit eksotis yang menembus pasar Singapura. (Foto : Dok Marnova).

Ngai Marnova di Toko Marnova di Gedung Colony, Kemang, Jakarta. Marnova adalah merek tas dan sepatu kulit eksotis yang menembus pasar Singapura. (Foto : Dok Marnova).

Nova mendapatkan lisensi produk Star Wars berkat keahliannya memproduksi produk buatan tangan yang bercita rasa seni serta elegan. Koleksi tas dan sepatu Marnova edisi Star Wars untuk pertama kalinya ditunjukan ke publik dalam ajang Indonesia Comic Con pada November 2015. Karyanya diapresiai penggemar Star Wars. Bahkan, koleksinya itu diminati buyer dari Jepang dan negara lainnya. Marnova menghadirkan 13 produk dalam jumlah terbatas untuk 6 karakter ikonik yaitu Darth Vadder, C-3P0, Chewbacca, R2D2, Stormtrooper, dan Boba Fett.

Produknya itu memperkuat citra Marnova sebagai merek tas dan sepatu yang patut diperhitungkan. Sekedar kilas balik, Nova mengatakan pemasaran produknya di tahun pertama adalah melalui media sosial. Nova memilih kulit eksotis dari ular piton, kadal, bulu kuda poni dan bulu banteng. Dia menggunakan kulit hewan yang dikembangbiakkan secara legal untuk produk fesyen. Nova mengantong izin karena menggengam sertifikasi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora) untuk menggunakan kulit hewan yang tidak masuk kategori hewan langka serta dilindungi.

Untuk bahan ular, Nova menggunakan Phython Reticulatus (ular sawah). Kulit-kulit ini diberi warna khusus yang dicampur bahan preservatif buatan Jerman dan Jepang. Bahan perwanannya ini manghasilkan warna-warna yang tahan lama dan tidak berbau sehingga menghasilkan produk berkualitas tinggi. “Salah satu kelebihan Marnova adalah kustomisasi. Jadi, pembeli bisa memesan 100 warna untuk tas dan sepatunya sesuai keinginannya,” ungkap Nova. Koleksi warna-warnanya itu tersaji di situs marnova.co.id

Harga sepatu dibanderolnya seharga Rp 1,4 juta hingga Rp 2,4 juta/pasang. Kalau tasnya seharga Rp 3 juta-Rp 5,5 juta. Model tasnya beragam yang terdiri dari buckett bag, tas kepit (clutch), atau hand bag. Untuk sepatu Nova menyediakan sepatu flat (datar) dan sepatu berhak datar. Tas dan sepatunya dikemas dalam kardus yang didesain elegan dan layak dikoleksi. Nova membidik konsumen berusia 25-45 tahun yang berkocek tebal. Pelanggan Marnova, menurut Nova, berasal dari kalangan menengah-atas, diantaranya pesohor ternama seperti Indy Barens, Becky Tumewu, Anjasmara, Dian Nitami, Jupe, Ruben Onsu, Raffi Ahmad dan Eric Tjandra. Marnova juga digaet oleh desainer lokal, semisal Ivan Gunawan.

Perempuan kelahiran Makassar, 34 tahun silam ini cukup senang dengan perkembangan bisnisnya. “Saat ini, rata-rata penjualan per bulan sebanyak 150 pasang sepatu. Penjualan sepatu dari Januari 2015 yang hanya 55 pasang sudah naik menjadi 184 pasang di Januari 2014, kalau dipersentasekan penjualan sepatu Marnova naik sebesar 234% ,” ujar alumnus S-2 Jurusan Bisnis dari Northwood University, Michigan, AS, ini. Sejauh ini, penjualan dari toko online-nya memberikan kontribusi sebesar 60%-70%. Sisanya disumbang dari penjualan di toko dan pusat perbelanjaan semisal Goods Dept di Pacific Place, Mal Pondok Indah Mall, dan Lotte Shopping Avenue di Jakarta.

Sepatu Marnova edisi Star Wars dari kulit ular piton. (Foto : Dok Marnova).

Sepatu Marnova Star Wars edisi Storm Trooper dari kulit ular piton. (Foto : Dok Marnova).

Pramuniaga toko

Perkembangan bisnis Marnova hingga detik ini cukup melegakannya. Ia merintis bisnisnya dari modal yang dikumpulkannya di tabungan serta pengalamannya menjadi konsultan fesyen selama lima tahun. “Saya bukan berasal dari keluarga berada. Saya menjadi entrepreneur karena idealisme untuk memproduksi produk fesyen lokal yang berkualitas internasional,” tegas Nova. Di awal perjalanannya, Nova kerapkali menghadapi tantangan yang menciutkan semangatnya. Misalnya saja, mentalitas pramuniaga tokonya yang tidak becus mengelola tokonya, kualitas jahitan yang buruk, atau kekurangan modal kerja.

Dia menuturkan dirinya seringkali gemas mencermati budaya kerja dan minimnya profesionalitas pramuniaga tokonya. Kebersihan toko terkadang terbelengkalai. Daftar masalahnya bertambah panjang karena kualitas jahitan produknya tidak sesuai standar yang ditetapkannya. Belum lagi masalah pembagian marjin keuntungan dengan salah satu department store terkemuka di Jakarta. Ini menambah kepala Nova bertambah pening. Dia nyaris menyerah untuk meneruskan bisnisnya itu atau memindahkan produksinya ke China agar tidak pusing dengan hal-hal seperti demikian. Akan tetapi, mental baja Nova mampu mengurungkan niat tersebut.

Nova yang otodidak mempelajari bisnis fesyen ini menemukan jawaban atas berbagai masalah yang dijumpainya. Dia terjun langsung menjadi pramuniaga toko di tahun pertama hingga kedua Marnova beroperasi. Ia melayani konsumen yang bertandang ke tokonya. Padahal pekerjaannya menumpuk karena dia harus merencanakan pengembangan bisnis dan desain produk. Untuk masalah penjahit, Nova memberikan pelatihan kepada para penjahitnya. Bengkel kerja Marnova berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Ia bersama rekannya Vera Kelana Suherman, yang didapuk sebagai Kepala Produksi Marnova, acapkali memberikan bimbingan ketrampilan menjahit. Kekurangan modal didapatkan dari pinjaman bank. “Sedangkan masalah dengan department store saya selesaikan dengan menyelesaikan masa kontrak saya berjualan di jaringan toko itu. Saya bersikap profesional,” tuturnya.

Sejauh ini, Marnova belum memberikan laba kepada Nova. Namun, dia menyakini bisnisnya akan memberi keuntungan ke depannya. Itu hanya soal waktu saja. Kini, Nova mempekerjakan 12 penjahit dan lima pegawai yang terdiri dari pramuniaga toko dan staf administrasi.”Saya ingin memajukan produk buatan Indonesia,” urainya. Moto Nova menjadi pengusaha adalah menganggap kesuksesan bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukan hal yang fatal, dan tetap berani melanjutkan sesuatu yang sudah dijalankan.”Sebagai pengusaha, saya tidak ingin mudah kecewa dan fokus berkarya,” paparnya.

Terlebih lagi, Marnova terinspirasi dari hobinya membeli sepatu yang sesuai keinginannya. Nova menyebutkan selain itu penyakit punggung yang dideritanya juga memercikan ide membuat sepatu yang bisa dikustomisasi. Itulah cita-citanya yang ingin terus dilanjutkannya. “Ke depannya, saya ingin mengejar target profit dan menambah penjualan di online,” tukas Nova. (***)

The post Jurus Marnova Menembus Pasar Singapura appeared first on Indonesia Youngster Inc..


Duo Hutagalung Penerus Arion

$
0
0

Tak ingin menjadi bayang-bayang nama besar ayahnya sebagai penerus bisnis Arion Paramita Holding Company, Manola dan Marion Hutagalung memilih mengibarkan bendera sendiri. Lewat PT Mano Marion Transportation, duo bersaudara ini memang memilih ranah bisnis yang menjadi cikal-bakal bisnis keluarganya. “Kakek saya mendirikan Arion dimulai dari transportasi. Papa saya di umur 27 tahun juga fokus di transportasi. Ibaratnya, transportasi sudah menjadi DNA bagi kami,” ungkap Manola. Ditambah lagi, dari kecil dia menyukai otomotif. “Kami suka memodifikasi mobil. Bidang transportasi itu menantang. Ada banyak elemen yang harus dipersiapkan seperti perizinan sampai mencari sopir yang berkualitas,” ungkapnya.

Cikal-bakal Arion Paramita memang dimulai dari jasa transportasi. Meskipun, awal datang ke Jakarta dari Medan, Mangaradja Haolanan Hutagalung sempat mendirikan toko sandang pangan pada 1957. Lima tahun kemudian, saat pelaksanaan Asian Games di Jakarta, Mangaradja dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk mempersiapkan angkutan umum. Pada 1969, Gubernur DKI Ali Sadikin, memercayakan pengelolaan transportasi umum pertama di Jakarta kepada Mangaradja. Inilah yang menjadi fondasi kerajaan bisnis Arion. Kemudian, di tangan generasi kedua, U.T. Murphy Hutagalung, lini bisnis menggurita ke berbagai sektor. Saat ini, Arion Holding membawahkan 18 perusahaan, meliputi transportasi, pariwisata, properti, keuangan, servis dan industri.

Sebagai generasi ketiga, anak pertama dan kedua Murphy Hutagalung ini mengaku ingin membuktikan diri mereka mampu mandiri sebelum didapuk menjadi penerus Arion. Mereka ingin mematahkan mitos bahwa generasi pertama membangun, generasi kedua mengembangkan, dan generasi tiga menghancurkan. Saat ini, Arion sedang dijalankan oleh generasi kedua, yaitu papa saya dan juga adik-adiknya,” kata Marion. Ia menambahkan, meski perusahaan keluarga, Arion tidak bisa begitu saja dilanjutkan oleh penerusnya. “Kami harus punya pengalaman yang cukup untuk bergabung dengan Arion. Kami ingin membuktikan diri sendiri di ranah kami dulu. Sebelum kami berhasil membuktikan diri, kami tidak mau ikut campur ke Arion,” ujar Marion, kelahiran Jakarta 25 April 1991.

Keinginan untuk menunjukkan jati diri memicu mereka segera menerjuni bisnis pada Mei 2010 meski kuliah mereka belum selesai. Saat itu, Manola masih duduk di semester V Jurusan Manajemen Bisnis Bina Nusantara Internasional dan Marion di semester III Jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada. Dengan modal Rp 30 juta pinjaman dari orang tua, mereka membayar uang muka Kia Travelo. Perhitungan awal, mereka bisa kembalikan dalam waktu dua tahun di luar cicilan. Ternyata, pada bulan kelima mereka sudah bisa membayar uang muka satu unit mobil lagi. “Total, Papa memberikan modal usaha Rp 40 juta dan kami bisa kembalikan modal tersebut dalam waktu tiga tahun,” kata Manola, kelahiran 12 Mei 1989 yang bertindak sebagai Presiden Direktur PT Mano Marion Transportation.

Jasa transportasi yang mereka tawarkan: wisata, travel dan antar-jemput pegawai. Dalam waktu lima tahun, mereka mampu menggaet klien korporasi besar, mulai dari hotel yang rata-rata bintang 5, Kawasaki, LG, Toshiba, Angkasa Pura 2, KBN, Bay Walk, Marriot Hotel. dan maskapai penerbangan. Manola mengklaim, 80% maskapai penerbangan yang masuk Indonesia adalah klien mereka. “Kami yang meng-handle untuk penjemputan kru,” katanya. Saat ini, total klien sekitar 100. Selain B2B, mereka juga menggarap pasar B2C. Pasar B2C biasanya travel dan wisata. Jika musim liburan, 80% B2C. Tetapi, jika bukan musim liburan, 70% B2B. Manola menyebut, setiap bulan omsetnya bisa tembus Rp 200 juta. Per tahun, omsetnya bisa tumbuh 50%.

Saat ini, mereka memiliki 50 unit mobil, mulai dari kapasitas 16, 20, sampai 23 penumpang. Jumlah sopir 55 orang karena lima orang untuk cadangan. Sementara staf di kantor ada 10 orang. Company value saat ini, diakui Manola, sekitar Rp 15 miliar hanya untuk unit kendaraan yang beroperasi. Rentang harga penyewaan mulai dari Rp 1.200.000 per hari untuk Jabodetabek dan Rp 1.520.000 per hari untuk tujuan Bali. Setiap tahun, mereka menambah minimum lima unit mobil.

Menurut Manola, strategi pemasaran yang mereka jalankan seperti umumnya perusahaan. Selain model tradisional seperti brosur dan spanduk, mereka juga menggunakan pemasaran digital: melalui situs web dan media sosial Facebook. “Kami selalu memberikan mobil baru kepada klien kami. Strategi yang juga penting adalah diferensiasi,” katanya.

Ia menambahkan, kelebihan mereka adalah mengutamakan kualitas. Dari sisi pengemudi, rutin diikutkan pelatihan. Dari sisi perawatan, mereka selalu menggunakan bengkel resmi. Jika selesai kontrak, mobilnya dilelang. “Kami selalu memberikan mobil baru kepada klien kami,” ungkap Manola. Jika ada kontrak baru, mereka memberikan unit mobil yang baru. Dari sisi pemasaran, tim pemasaran siaga 24 jam. Jika ada kerusakan pada mobil, akan langsung diganti. “Yang paling penting di bisnis ini adalah kualitas untuk menjaga loyalitas konsumen,” tambah Marion, Direktur Mano Marion Transportation.

Marion menuturkan, salah satu inovasi mereka adalah membuat shuttle. “Kami menyediakan shuttle dari hotel ke bandara 24 jam untuk klien kami seperti Sheraton, Shangri-La, Sahid, dan hotel bintang 5 lainnya,” ungkapnya. Sistem shuttle ini, imbuhnya, kini diikuti pengembang perumahan. Saat ini, mereka sedang mengajukan proposal ke Gubernur DKI Jakarta untuk penyediaan shuttle di kawasan Central Business District.

Diakui Manola, transportasi adalah bisnis yang kompleks. Selama bisnisnya berjalan, ada tiga masalah yang dihadapi: pengemudi, pemasaran dan teknik. “Pengemudi tidak bagus, tetapi marketing dan teknik bagus, tidak ada yang mau naik. Begitu juga sebaliknya. Jika salah satunya tidak bagus, tidak akan jalan. Tiga fondasi inilah yang saya bangun,” katanya. Selama ini yang menjadi mentor bisnis adalah ayah mereka. “Papa di dalam perusahaan ini sebagai komisaris. Orang tua mendukung sekali usaha kami dan berkomitmen terus bersama-sama untuk mencapai kesatuan.”

Menurut Manola, meski Arion memiliki bisnis transportasi juga, tidak boleh saling senggol. “Orang tua mengajarkan satu kesatuan. Kami sifatnya sebagai komplemen bisnis Arion,” ungkapnya. Menurutnya, di Arion mereka memiliki konsep kekeluargaan. “Kami berikrar harta tidak boleh memecah belah kami karena harta tidak dibawa mati. Yang paling penting adalah satu kesatuan dengan keluarga,” katanya tandas.

Saat ini, boleh dibilang Manola dan Marion telah sukses mengibarkan usaha sendiri. Akankah kemudian mereka bergabung dengan Arion? “Soal itu masih terlalu dini. Papa sendiri masih termasuk pebisnis muda, usianya masih 50 tahun. Untuk sementara ini, jujur kami sedang berambisi dengan perusahaan kami sendiri,” ujar Marion. Bahkan, ia menandaskan bisnis yang mereka bangun ditargetkan menjadi lebih besar dibandingkan perusahaan orang tua. “Tahun ini kami akan expand ke properti dan teknologi seperti e-commerce,” imbuhnya.

Murphy Hutagalung sendiri pernah mengatakan kepada media bahwa pihaknya tengah mempersiapkan Arion untuk go public. “Perusahaan ini harus mulai dikelola oleh profesional. Anak-anak tidak boleh turut campur. Ada istilah generasi pertama membangun, generasi kedua meneruskan, ketiga menghabiskan. Nah, saya tidak ingin itu terjadi di sini,” katanya. Karena itu, ia tidak mempersiapkan putra mahkota. “Anak harus berbisnis di luar Arion. Kami sekeluarga sepakat. Kenapa tidak kita libatkan, kalau anak saya sekian, saudara saya anaknya sekian. Jumlahnya banyak, bicaranya masing-masing sudah kebutuhan sendiri. Itu prinsip, anak-anak bekerja di luar Arion, meski mereka tetap sebagai pemegang saham terbesar perusahaan ini,” ujarnya menjelaskan.

Bagi Manola, prinsip ayahnya itu sejalan dengan didikan yang diterimanya selama ini. Diakuinya, orang tuanya selalu mendidik untuk selalu melihat ke bawah. “Kesombongan adalah hal yang paling tabu di keluarga kami,” katanya. Ayahnya selalu mengajarkan untuk setiap hari bersyukur dan melakukan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain. “Orang tua kami juga mengajarkan bahwa mencari uang itu untuk membahagiakan orang lain. Dengan menjadi pebisnis, kami bisa membahagiakan keluarga dan karyawan. Saya dan Marion berbisnis bukan hanya mencari uang tetapi juga menyalurkan berkat dari Tuhan untuk orang lain,” ungkap Manola.

Dalam hal bisnis, menurut Manola, ayahnya memberikan wejangan semata. “Ilmu bisnis saya pelajari di universitas,” katanya. Namun, dikuinya, sejak SMA mereka sudah berbisnis dengan menjual sandwich sehat yang dibuat sendiri. “Setiap hari saya bangun pukul 5 pagi untuk membuat sandwich dan selalu ludes terjual,” tutur Manola.(*)

Henni T. Soelaeman dan Maria Hudaibyah Azzahra

The post Duo Hutagalung Penerus Arion appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Solusi Dana Pendidikan dari Danadidik.com

$
0
0
Dipo Satria Ramli (kanan) dan Januar Sudharsono, Co Founder Danadidik.com
Dipo Satria Ramli (kanan) dan Januar Sudharsono, Co Founder Danadidik.com

Dipo Satria Ramli (kanan) dan Januar Sudharsono, Co Founder Danadidik.com

Tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang demi mengejar mimpinya belajar di bangku sekolah hingga perguruan tinggi, harus terputus di tengah jalan karena faktor ekonomi. Ada pula yang memilih meminjam dana kepada teman atau saudaranya guna menyelesaikan biaya pendidikan yang semakin lama semakin meningkat.

Menurut Dipo Satria Ramli, Co-founder dari Danadidik.com sebanyak 73% orang tua murid di Indonesia rela meminjam dana ke berbagai pihak untuk keperluan biaya pendidikan anak-anaknya. Bisa lewat keluarga, teman terkadang juga terpaksa meminjam kepada para sumber dana dari loan shark (lintah darat) atau yang familiar di masyarakat disebut dengan rentenir.

“Dulu almarhumah ibu saya pernah menunggak bayar uang kuliah saya. Sebelum menikah, istri saya juga pernah kesulitan membayar uang kuliahnya. Lalu, saya kontak beberapa bank, tapi tidak ada yang bisa. Sejak itu saya terpikir untuk berbuat sesuatu. Maka, lahirlah Danadidik.com ini,”kenang penggemar olah raha paralayang itu.

Danadidik.com adalah platform pinjaman pelajar (student loan) yang menggunakan sistem penggalangan dana (crowdfunding). Mulai berdiri pada 17 Juni 2105, Danadidik bertujuan membantu mahasiswa yang membutuhkan pinjaman untuk menyelesaikan studi mereka, sambil menawarkan imbal hasil (return) yang menarik untuk sponsor atau/ investor. Misinya, kesempatan yang sama untuk pendidikan tinggi.

Mantan Direktur di Macquarie dan ABN AMRO itu tidak sendiri, bersama dua sahabatnya Januar Sudharsono, (CTO) dan Eka Ginting, (mentor). Dipo memantapkan target pasar yang dibidik adalah para siswa yang akan bekerja setelah lulus, bisa dari kalangan mahasiswa, akademi, SMK, atau terkadang sertifikasi. Syaratnya kelulusan dalam waktu kurang dari 2 tahun dan minimal peminjaman rata-rata Rp 10 juta.

“Danadidik.com bullish terhadap beberapa industri seperti kesehatan (medikal) & engineering, tapi terbuka untuk siapa saja,” lanjut ayah dua anak itu.

Bedanya dengan sumber pendanaan lainnya, Danadidik.com diklaim sebagai pemula produk student loan di Indonesia. Selain itu, menawarkan masa tenggang (grace period) dalam peminjaman dana pendidikan. Ini adalah masa dimana tidak ada pembayaran angsuran selama siswa masih menyelesaikan studi-nya. Sementara pinjaman lain, umumnya mengharuskan pembayaran angsuran 1-2 bulan setelah dana cair.

Tidak hanya itu, bagi sponsor (pemberi dana) kehadiran Danadidik bisa menjadi kesempatan untuk diversifikasi. Sebagai peluang investasi alternatif yang bisa compund dan memberikan return plus bunga. Dan tentunya menjadi bagian dari masa depan dan karir seseorang.

“Sedangakan untuk siswa (penerima dana) pengembalian bunga nya sangat terjangkau mendekati 0%. Tepatnya antara 1-5,0% per bulan sebelum resiko default. Pengembalian dana dilakukan setelah mahasiswa/siswa tersebut bekerja dan mempunyai masa tenggang (grace period). Periode dimana peminjam masih menyelesaikan studi dan tidak diharuskan membayar cicilan,” jelas Dipo.

Keunggulan lainnya, seluruh pendapatan bunga (interest income) dari penerima dana, akan dikembalikan ke sponsor. Lalu, dari mana Danadidik mendapatkan profitnya? Dipo merinci keuntungan Danadidik diperolah dari fee transaksi (transaction fee), yang terdiri dari beberapa sumber: registrasi, biaya arranging fee dan servis fee selama pembayaran cicilan.

Dengan model transaction fee, diharapkan agar insentif Danadidik in-line dengan sponsor. Artinya, Dipo dan tim hanya akan mendapatkan keuntungan bila sponsor mendapatkan return.

Alhasil, mulai Februari 2016, ada lebih dari 2,500 siswa mendaftar di Danadidik dan setiap bulan rata-rata pertumbuhannya mencapai 15-20%. Hingga 2016 Dipo menargetkan sebanyak 500 siswa dapat pendanaan pendidikan dari Danadidik.

Mengenai investasi, Dipo mengaku sumber investasi dari kantong pribadi para pendiri. Meski tidak mau merinci nominalnya, target break even pointnya dalam kurun waktu 18-24 bulan. Tapi perlu diingat kembali, Danadidik adalah situs penggalangan dana (Crowdfunding atau Peer-to-Peer Lending) khusus untuk pinjaman pendidikan (student loan).

“Jadi pendanaan tiap pinjaman diberikan oleh sponsor tapi Danadidik juga berkomitmen untuk mengalokasikan dana pribadi kami untuk tiap kampanye penggalangan dana siswa,” jelas pengagum pengusaha sosial Muhammad Yunus itu.

Sebagai pengusaha pemula, Dipo dan kawan-kawan mengaku kesulitan dalam meyakinkan industri keuangan. Bahwa pembiayaan pendidikan resikonya tidak sebesar yang ditakutkan dan secara komersial peluangnya sangat besar dan prospektif. (EVA)

The post Solusi Dana Pendidikan dari Danadidik.com appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Solusi Dana Pendidikan dari Danadidik.com

$
0
0
Dipo Satria Ramli (kanan) dan Januar Sudharsono, Co Founder Danadidik.com

Dipo Satria Ramli (kanan) dan Januar Sudharsono, Co Founder Danadidik.com

Tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang demi mengejar mimpinya belajar di bangku sekolah hingga perguruan tinggi, harus terputus di tengah jalan karena faktor ekonomi. Ada pula yang memilih meminjam dana kepada teman atau saudaranya guna menyelesaikan biaya pendidikan yang semakin lama semakin meningkat.

Menurut Dipo Satria Ramli, Co-founder dari Danadidik.com sebanyak 73% orang tua murid di Indonesia rela meminjam dana ke berbagai pihak untuk keperluan biaya pendidikan anak-anaknya. Bisa lewat keluarga, teman terkadang juga terpaksa meminjam kepada para sumber dana dari loan shark (lintah darat) atau yang familiar di masyarakat disebut dengan rentenir.

“Dulu almarhumah ibu saya pernah menunggak bayar uang kuliah saya. Sebelum menikah, istri saya juga pernah kesulitan membayar uang kuliahnya. Lalu, saya kontak beberapa bank, tapi tidak ada yang bisa. Sejak itu saya terpikir untuk berbuat sesuatu. Maka, lahirlah Danadidik.com ini,”kenang penggemar olah raha paralayang itu.

Danadidik.com adalah platform pinjaman pelajar (student loan) yang menggunakan sistem penggalangan dana (crowdfunding). Mulai berdiri pada 17 Juni 2105, Danadidik bertujuan membantu mahasiswa yang membutuhkan pinjaman untuk menyelesaikan studi mereka, sambil menawarkan imbal hasil (return) yang menarik untuk sponsor atau/ investor. Misinya, kesempatan yang sama untuk pendidikan tinggi.

Mantan Direktur di Macquarie dan ABN AMRO itu tidak sendiri, bersama dua sahabatnya Januar Sudharsono, (CTO) dan Eka Ginting, (mentor). Dipo memantapkan target pasar yang dibidik adalah para siswa yang akan bekerja setelah lulus, bisa dari kalangan mahasiswa, akademi, SMK, atau terkadang sertifikasi. Syaratnya kelulusan dalam waktu kurang dari 2 tahun dan minimal peminjaman rata-rata Rp 10 juta.

“Danadidik.com bullish terhadap beberapa industri seperti kesehatan (medikal) & engineering, tapi terbuka untuk siapa saja,” lanjut ayah dua anak itu.

Bedanya dengan sumber pendanaan lainnya, Danadidik.com diklaim sebagai pemula produk student loan di Indonesia. Selain itu, menawarkan masa tenggang (grace period) dalam peminjaman dana pendidikan. Ini adalah masa dimana tidak ada pembayaran angsuran selama siswa masih menyelesaikan studi-nya. Sementara pinjaman lain, umumnya mengharuskan pembayaran angsuran 1-2 bulan setelah dana cair.

Tidak hanya itu, bagi sponsor (pemberi dana) kehadiran Danadidik bisa menjadi kesempatan untuk diversifikasi. Sebagai peluang investasi alternatif yang bisa compund dan memberikan return plus bunga. Dan tentunya menjadi bagian dari masa depan dan karir seseorang.

“Sedangakan untuk siswa (penerima dana) pengembalian bunga nya sangat terjangkau mendekati 0%. Tepatnya antara 1-5,0% per bulan sebelum resiko default. Pengembalian dana dilakukan setelah mahasiswa/siswa tersebut bekerja dan mempunyai masa tenggang (grace period). Periode dimana peminjam masih menyelesaikan studi dan tidak diharuskan membayar cicilan,” jelas Dipo.

Keunggulan lainnya, seluruh pendapatan bunga (interest income) dari penerima dana, akan dikembalikan ke sponsor. Lalu, dari mana Danadidik mendapatkan profitnya? Dipo merinci keuntungan Danadidik diperolah dari fee transaksi (transaction fee), yang terdiri dari beberapa sumber: registrasi, biaya arranging fee dan servis fee selama pembayaran cicilan.

Dengan model transaction fee, diharapkan agar insentif Danadidik in-line dengan sponsor. Artinya, Dipo dan tim hanya akan mendapatkan keuntungan bila sponsor mendapatkan return.

Alhasil, mulai Februari 2016, ada lebih dari 2,500 siswa mendaftar di Danadidik dan setiap bulan rata-rata pertumbuhannya mencapai 15-20%. Hingga 2016 Dipo menargetkan sebanyak 500 siswa dapat pendanaan pendidikan dari Danadidik.

Mengenai investasi, Dipo mengaku sumber investasi dari kantong pribadi para pendiri. Meski tidak mau merinci nominalnya, target break even pointnya dalam kurun waktu 18-24 bulan. Tapi perlu diingat kembali, Danadidik adalah situs penggalangan dana (Crowdfunding atau Peer-to-Peer Lending) khusus untuk pinjaman pendidikan (student loan).

“Jadi pendanaan tiap pinjaman diberikan oleh sponsor tapi Danadidik juga berkomitmen untuk mengalokasikan dana pribadi kami untuk tiap kampanye penggalangan dana siswa,” jelas pengagum pengusaha sosial Muhammad Yunus itu.

Sebagai pengusaha pemula, Dipo dan kawan-kawan mengaku kesulitan dalam meyakinkan industri keuangan. Bahwa pembiayaan pendidikan resikonya tidak sebesar yang ditakutkan dan secara komersial peluangnya sangat besar dan prospektif. (EVA)

The post Solusi Dana Pendidikan dari Danadidik.com appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Perjuangan Abie Abdillah Bergelut di Bisnis Desain Rotan

$
0
0
Abie Abdillah

Kekayaan ragam rotan di Nusantara telah menjadi ketertarikan tersendiri bagi Abie Abdillah. Penerima penghargaan desain di banyak ajang internasional itu punya ambisi besar untuk mengangkat derajat rotan Indonesia, hingga bisa terkenal di kancah internasional. Bagaimana tidak. Abie menceritakan, sekitar 80% kebutuhan material rotan dunia disokong dari Indonesia. Itu pun dari sekitar 600 spesies, baru 8% yang dimanfaatkan menjadi komoditas komersial. “Jadi masih besar potensinya,” ujarnya.

Abie AbdillahIndustri rotan sendiri, ia menuturkan, sempat mengalami stagnasi. Salah satu penyebabnya, kurangnya perkembangan desain material rotan dalam beberapa dekade terakhir. Maka tak heran, ia kemudian menekuni benar desain rotan. Ia ingin menciptakan desain mebel berbahan rotan dengan nuansa modern kontemporer yang disesuaikan dengan selera pasar.

Ia punya mimpi membuat rotan sebagai indentitas material bangsa layaknya seperti Tiongkok, yang terkenal sebagai Negeri Tirai Bambu. Jadi, semacam national branding lewat unsur material, memperkenalkan Indonesia tidak hanya lewat budaya, tetapi bisa pula lewat rotan. “Saya ingin rotan Indonesia berkelas dan bermartabat. Skill perajin di Indonesia merupakan yang tercanggih di dunia untuk rotan dan ukir,” ujar pria lulusan Jurusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung ini.

Sejak masih kuliah ia sudah menggali pengetahuan seputar rotan. Abie bahkan sempat mendatangi perusahaan PMA asal Jepang, Yamakawa, di Cirebon. Saat itu dia merasa beruntung diberi kesempatan berbincang dengan pemiliknya, Yuzuru Yamakawa.Ada satu kalimat dia yang selalu saya kenang, ‘desainer Indonesia kalau mau dikenal dunia jadilah desainer rotan’,’’ ujarnya menceritakan. Berbekal nasihat itulah, akhirnya terbesit dalam benaknya membuka bisnis studio desain yang punya kekhususan produk rotan bernama Studio Hiji. Studio itu, ia merintisnya sejak tahun 2009, tetapi baru diseriusi tahun ini.

Tak hanya menawarkan jasa desain, Studio Hiji juga masuk ke hulu dengan menjual produk hasil desainnya sendiri. Meski saat ini dari sisi omset belumlah terlalu besar, berkisar Rp 30-40 juta per bulan, ia percaya potensi Studio Hiji bisa besar ke depan.

Berbagai strategi telah ia persiapkan, termasuk pemilihan pasar yang dikhususkan bagi arsitek, kontraktor dan desainer interior. Harapannya, agar timbul pesanan untuk hotel, restoran dan kafe. “Untuk produksi sendiri, saat ini kami belum punya tempat produksi sendiri. Kami ada empat mitra produksi untuk rotan, dan dua mitra produksi untuk kayu,” katanya menjelaskan.

Sekarang setidaknya sudah beberapa produk yang berhasil diekspor, dengan komposisi 80% untuk pasar lokal dan 20% pasar ekspor. Perjuangan Studio Hiji untuk bisa mengekspor, ia mengisahkan, tidak mudah alias sempat berdarah-darah lantaran harus mencari calon pembeli di pameran internasional, seperti di Singapura. “Kadang jika saya memaksa ikut pameran, saya keluar uang puluhan juta tapi ketika pulang tidak ada buyer yang beli. Pada saat 1-3 tahun awal masih sangat struggle,” ungkapnya.

Keluar uang puluhan juta untuk pameran tersebut tidaklah mudah, karena sejak memutuskan untuk fokus di Studio Hiji dan resign dari sebuah perusahaan di tahun 2012, otomatis Abie tidak punya pendapatan tetap. “Saya sempat stres, yang tadinya punya penghasilan tetap per bulan, jadi tidak ada. Lalu, jika ada produksi yang tidak sesuai dengan ekspektasi, harus ditalangi untuk produksi lagi,” ia menambahkan.

Namun, kegigihannya untuk terus berjuang tidak sia-sia. Saat ini, Studio Hiji telah punya satu distributor untuk Asia Tenggara yang berbasis di Singapura, yaitu The Common Goods, dimiliki oleh Tommy Huang dan Angeline Tn. Pertemuan Abie dan Angeline bermula ketika ia mulai mengikuti pameran di Singapura secara rutin. “Tahun 2013 Angeline ingin memiliki bisnis sendiri. Mereka meminta izin untuk menjadi partner distribusi saya, sehingga di tahun 2014 kami tanda tangan kontrak dan mereka jadi distributor untuk Asia Tenggara,” Abie menerangkan. Lewat distributor inilah, saat ini Studio Hiji telah memiliki klien salah satu restoran di Malaysia.

Ke depan, ia punya target untuk bisa ikut pameran di kota Milan yang merupakan kiblat furnitur. Karakter pembeli lokal, disebutkan Abie, mudah terpengaruh oleh portofolio di luar negeri. “Jika tidak punya nama di luar, tidak akan dilirik. Maka, saya ikut banyak kompetisi dan penghargaan di luar negeri, sehingga cukup membantu dalam pemasaran dan penjualan,” ungkapnya.

Kepiawaian Abie dalam mendesain produk rotan, rupa-rupanya juga memikat hati William Simiadi, Direktur Grup Vivere. Ia menggandeng Abie untuk mendesain rangkaian produk Vivere yang akan diluncurkan bulan Maret mendatang. Vivere dalam hal ini tidak membeli produk Abie, melainkan berkerja sama dalam pengembangan desain produk. “Produk yang akan kami luncurkan seputar furnitur, seperti sofa, accent chair, dining table, coffee table, dan lain-lain,” ujar William.

William melihat Abie sebagai desainer muda berbakat yang punya kemampuan dalam memahami keinginan dan arahan klien. “Ia cukup ahli untuk produk rotan,” ia menegaskan.

Ananda Putri & Maria Hudaibyah Azzahra

Riset: M. Khoirul Umam

BOKS:

Profil Studio Hiji

Nama pemilik/pendiri: Abie Abdillah

Tempat, tanggal lahir: Bandung 31 Desember 1986

Bisnis: Studio Hiji (desain dan produk mebel rotan dan kayu)

Prestasi:

= Platinum Prize Winner dalam Indonesia Furniture

Design Award (2011)

= Honorable Mention Singapore Furniture Design

Award (2011)

= Rising Asian Talents di acara Maison & Objet Asia

2015 di Singapura

= Innovative Craft Award di Thailand (2015)

The post Perjuangan Abie Abdillah Bergelut di Bisnis Desain Rotan appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Cara Andre Surya Berbisnis Sekolah Animasi dan Desain 3D

$
0
0
Andre Surya

Andre Surya tampaknya tak bisa dipisahkan dari dunia game. Sejak kecil ia sudah memainkannya. Bahkan, ketika duduk di bangku SMP, Andre sudah kecanduan permainan video game tiga dimensi (3D).

Berkat game pula karier profesional Andre melambung hingga menembus industri film Hollywood. Namun, ia merasa belum puas. Maka, melalui game pula Andre ingin memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Caranya, dengan mendirikan sekolah kursus animasi dan desain 3D berstandar internasional, yang diberi nama Enspire School of Digital Art (ESDA).

Andre SuryaHidup itu harus bisa berguna bagi orang lain,” kata Andre, kelahiran 1 Oktober 1984. Ia lalu berpikir apa yang secara praktis bisa berguna untuk banyak orang, hingga muncullah ide untuk membuka sekolah tersebut. “Ide bikin sekolah ini sendiri muncul karena sejak dulu saya suka main game. Saya tahu teknologi 3D ini karena main game. Saya berharap orang-orang tertarik dengan dunia 3D,” ia menambahkan.

Karier profesional Andre di bidang animasi 3D dimulai ketika ia bekerja di sebuah perusahaan periklanan dan architectural visualization di Jakarta Polaris 3D. Kuliahnya di dalam negeri yang cuma satu tahun di Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanegara, dilanjutkan di Kanada dengan mengambil pendidikan diploma di bidang film & special effect di Vanart, sekolah film di Vancouver, Kanada.

Setelah menyelesaikan kuliah, Andre diterima sebagai satu-satunya digital artist asal Indonesia yang bekerja di Divisi Industrial Light and Magic (ILM) Lucas Film Singapura. Perlu diketahui, Lucas Film adalah salah satu studio film terbesar di Amerika Serikat. Di Lucas Film, Andre banyak terlibat dalam pembuatan beberapa film Hollywood terkenal yang banyak menggunakan special effect, seperti Iron Man, Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of the Fallen, dan Avatar.

Setelah sempat bekerja selama empat tahun di Lucas Film, Andre pun memutuskan pulang kampung, sekitar lima tahun lalu. Ia lalu mendirikan perusahaan animasi 3D bernama Espire Studio. Dan, seperti sudah disinggung di atas, kemudian pada Februari 2013 Andre mendirikan sekolah animasi ESDA.

Melalui ESDA, Andre ingin mendedikasikan ilmunya untuk menyediakan pelatihan yang efektif bagi pengembangan kreativitas dan kemampuan teknik digital artist. Strateginya, dengan menyediakan instruktur dan mentor yang piawai, didukung kombinasi kurikulum e-learning yang dirancang secara khusus. “Di sini, sistem pembelajarannya menggunakan video, yang dibimbing seorang guru,” ia menjelaskan.

Awalnya, siswa ESDA dibagi dengan sistem kelas. Namun, dalam beberapa bulan terakhir diganti menjadi sistem level, dengan jam belajar dari Senin sampai Jumat mulai, pukul 12.00-19.00, dan Sabtu pukul 09.00-16.00. Untuk satu level, dibutuhkan waktu tiga bulan atau 12 kali pertemuan, 3 jam per pertemuan. Andre mematok biaya Rp 2,7 juta per level. Saat ini, ESDA menyediakan paket belajar hingga Level 8. Buat siswa yang sudah mencapai level 6, Andre akan menawarii mereka magang kerja di Espire Studio.

Ada keunikan ESDA yang jarang dijumpai pada kursus keterampilan lainnya. “Pada tiap level kami minta murid menyelesaikan satu portofolio. Kalau mereka berhasil, bisa naik level,” ujar Andre. Menurutnya, sekolahnya tidak menggunakan sistem ujian. Alasannya, ia tidak mau murid merasa ada kewajiban datang. “Kami ingin murid datang ke sini karena merasa ingin menciptakan atau membuat sesuatu. Berkarya kreatif itu tidak bisa dipaksa, harus dari kemauan sendiri,” papar Andre.

Selain sebagai tempat menambah keterampilan animasi dan desain 3D, ESDA rupanya juga bisa berperan sebagai pusat rehabilitasi bagi anak-anak yang kecanduan main game. Misalnya, seorang siswa ESDA bernama Reynold. Tadinya, anak itu menjalankan pola home schooling karena ibunya sudah tidak bisa mengontrolnya dan sering bolos sekolah. Anak ini sudah kecanduan main game. Setiap hari rata-rata menghabiskan waktu hingga 12 jam untuk main game, dari pagi sampai malam. “Ketika ibunya bertemu saya, lalu saya tawarkan sekolah di ESDA. Sekarang Reynold sudah kerja full time di sini. Walaupun usianya baru 14 tahun, gajinya sudah seperti anak lulusan kuliah,” ungkap Andre bangga. “Selain itu, sekarang ia sudah bisa bantu ibunya yang arsitek untuk bikin 3D modeling. Mungkin karena sibuk berkreasi, dia juga sudah jarang main game,” tambahnya.

Andre menyebutkan, saat ini total siswanya sudah mencapai sekitar 1.000 orang. Selain itu, ESDA juga sudah membuka cabang yang diwaralabakan, yaitu di Alam Sutra dan Pluit. Dalam waktu dekat ia akan membuka cabang di Kelapa Gading. Untuk membuka waralaba ESDA, cukup membayar franchise fee sebesar Rp 190 juta selama lima tahun, tetapi mesti membayar royalty fee 30% per bulan — untuk tiga bulan pertama bebas royalti.

Andre optimistis sekolah animasi 3D ini akan semakin diminati orang. Sebab, ke depan, peluang bekerjanya lebih terbuka luas dengan memiliki kemampuan di bidang desain dan animasi 3D. “Animasi 3D sangat menjanjikan. Sekarang saja film Disney Pixar sudah 3D semua. Karena zamannya sudah berubah,” ujarnya. Menurutnya, belajar 3D ini ilmunya sangat komersial dan bisa dipakai seumur hidup untuk bekerja. “Jadi, sekolah di sini lebih murah dari kuliah, tetapi gaji yang dihasilkan nantinya bisa setara dengan lulusan kuliah,” katanya.

Hal ini diakui salah satu muridnya, Renoir Marc. Selain masih menjadi murid di sekolah animasi 3D ESDA, lelaki yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA ini juga sudah dipercaya menjadi anggota tim kurikulum ESDA. Tugasnya? menyusun kurikulum bagi murid-murid untuk level di bawahnya.

Saya sudah belajar di ESDA selama 1,5 tahun,” ucap Renoir. Ia menceritakan, awal masuk ESDA karena suka main game. Dan, ternyata dari game bisa menghasilkan sesuatu yang berguna, nggak cuma main-main. “Karena itu, saya jadi tertarik belajar 3D, dan bercita-cita bekerja di industri game,” katanya.

Menurut Renoir, proses belajar di ESDA sangat menyenangkan. Para siswa dibimbing mentor yang profesional di bidangnya. Kelasnya pun santai, tidak kaku seperti di sekolah. “Saya harap ESDA lebih aktif mengenalkan dan mempromosikan industri 3D ke masyarakat supaya semakin banyak yang tertarik menekuni industri 3D,” ujarnya. (*) 

Raden Dibi Irnawan & A. Mohammad BS

The post Cara Andre Surya Berbisnis Sekolah Animasi dan Desain 3D appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Ini yang Harus Diantisipasi Hadapi Tren IoT

$
0
0

Era digital menjadi tantangan dan kesempatan sendiri bagi beberapa perusahaan. Di satu sisi, datangnya era digital membantu perusahaan dalam melakukan pembenahan. Namun di sisi lain, adanya ancaman mengenai adanya kebocoran data. Meski demikian, saat ini dunia bisnis perlu mengambil keputusan tentang bagaimana memosisikan diri dalam memalksimalkan nilai Internet of Thing (IoT)  dalam organisasi mereka. Prith Banerjee, Chief Technology Officer, Schneider Electric, menyatakan bahwa prediksi IoT ini didesain sebagai panduan bagi implementasi dan inovasi untuk membantu konsumen menikmati manfaatnya di tengah evolusi pasar yang akan terus terjadi selama lima tahun mendatang. Ia juga menambahkan bahwa hal ini merefleksikan komitmen Schneider untuk menghadirkan teknologi yang memastikan bahwa Life Is On di manapun, bagi siapapun dan kapanpun.

CVnQYdvUEAAqag7

Adapun hal yang yang bisa menjadi panduan bagi para pemimpin perusahaan mengenai apa yang sebaiknya mereka antisipasi seiring dengan perkembangan IoT adalah gelombang transformasi digital masa depan.

Adanya IoT akan memicu gelombang transformasi digital perusahaan di masa depan dengan memadukan dunia IoT dan IT serta mendorong dunia kerja yang mobile dan diaktifkan secara digital. Ketika semakin banyak perusahaan memperluas dan memperdalam program digitalisasi perusahaan mereka, IoT akan semakin menjadi pusat perhatian.

“Gelombang baru transformasi ini akan terjadi berkat sensor terhubung yang semakin terjangkau, kecerdasan dan kontrol tertanam, jaringan komunikasi yang lebih cepat dan lebih menyebar, infrastruktur cloud dan kemampuan data analisis canggih,” tambah Prith

Kedua adalah data yang berguna. IoT akan menerjemahkan data yang sebelumnya belum dimanfaatkan menjadi informasi yang memungkinkan perusahaan untuk membawa pengalaman pelanggan ke level berikutnya. Ketika berpikir tentang proposisi nilai IoT, sebagian besar bisnis akan merujuk kepada efisiensi dan penghematan biaya sebagai manfaat utama. Namun, akses ke data termasuk data yang sebelumnya belum dimanfaatkan dan kemampuan untuk menerjemahkannya ke bentuk informasi yang bisa ditindaklanjuti, yang merupakan ciri khas IoT, akan memacu transformasi layanan pelanggan yang lebih besar dan membuka kesempatan baru untuk membangun loyalitas terhadap merek/jasa dan kepuasan pelanggan.

Hal lain yang wajib diperhatikan adalah keyakinan pada premise-to-cloud. IoT akan mendorong pendekatan komputasi yang terbuka, inteoperable dan hybrid serta menumbuhkan kolaborasi antara industri dan pemerintah pada standar arsitektur global yang mampu mengatasi masalah keamanan cyber. Sementara solusi IoT berbasis cloud meraih kepopuleran, tidak ada satu pun arsitek komputasi yang memonopoli.

IoT justru akan berkembang di seluruh sistem, baik di komputasi edge dan on-premise, sebagai bagian dari cloud pribadi atau cloud umum. Inilah yang membuat IoT hadir di lingkungan komputasi yang heterogen akan membantu pengguna akhir untuk mengadopsi solusi IoT dengan cara yang paling sesuai dengan keamanan dan kebutuhan mission-critical mereka sekaligus menawarkan jalan yang logis dan mudah untuk memungkinkan konsumen yang memiliki infrastruktur teknologi generasi terdahulu bertransformasi dari waktu ke waktu.

Selanjutnya, IoT akan berfungsi sebagai sumber inovasi, terobosan model bisnis, dan pertumbuhan ekonomi bagi bisnis, pemerintah dan negara berkembang. Sama seperti revolusi industri, kelahiran internet dan revolusi selular telah mendorong kemajuan, inovasi dan kemakmuran, begitu pula IoT.

“Perusahaan dan juga perkotaan akan memperkenalkan pelayanan berbasis IoT; model bisnis baru akan berkembang; dan perekonomian negara berkembang juga akan memiliki kesempatan yang signifikan untuk memanfaatkan IoT tanpa terkendala infrastruktur generasi terdahulu, atau dengan kata lain melampaui cara-cara lama. Bahkan, McKinsey meramalkan 40 persen pasar dunia untuk solusi IoT akan dihasilkan oleh negara-negara berkembang,” lanjut Prith.

Terakhir adalah menjadikan planet yang lebih baik. Solusi-solusi IoT akan dimanfaatkan untuk menjawab berbagai permasalahan besar sosial dan lingkungan. IoT akan membantu negara berkembang dan ekonominya untuk merespon tantangan-tantangan terbesar yang dihadapi planet kita, termasuk pemanasan global, kelangkaan air dan polusi. Malahan, responden survei mengidentifikasi penggunaan sumber daya yang lebih baik sebagai manfaat utama IoT terhadap masyarakat secara keseluruhan.

“Sejalan dengan sektor swasta, pemerintah lokal dan nasional akan menyambut IoT untuk mempercepat dan mengoptimalkan inisiatif saat ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan kesepakatan iklim COP21, dimana 196 negara berjanji untuk menjaga pemanasan global tetap di bawah ambang batas 2 derajat Celsius,” jelas Prith.

The post Ini yang Harus Diantisipasi Hadapi Tren IoT appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Reynold Wijaya, Mantab Terjun di Bisnis Fintech

$
0
0
Reynold Wijaya

Buah tak jauh jatuh dari pohonnya. Mungkin itulah peribahasa yang cocok menggambarkan Reynold Wijaya, anak ketiga dari pasangan Harsono Pangjaya dan Susylia Sukana, pendiri Grup Unifam (United Family). Kiprah Grup Unifam di Tanah Air bisa dikatakan cukup besar. Di bidang makanan misalnya, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1981 ini punya merek yang telah mengglobal, seperti permen Milkita, serta es Kiko dan Phino.

Reynold WijayaProduk Unifam Food telah menjangkau lebih dari 20 negara yang tersebar di Asia, Afrika, Amerika Serikat, Australia dan Asia Pasifik. Mereka memiliki kantor cabang operasional bersama di Filipina, Vietnam dan AS. Maka tak heran, darah seorang pengusaha telah mengalir di dirinya lantaran menjadi saksi hidup keberhasilan orang tuanya membesarkan bisnis. “Latar belakang keluarga saya memang pengusaha. Ibu saya yang mengurus bagian food, sedangkan ayah saya yang non-food. Jadi, dari dulu saya memang dibesarkan di dunia wirausaha, passion saya di kewirausahaan,” ungkapnya.

Meski sebagai anak seorang pengusaha besar, tak lantas membuat Reynold begitu saja nebeng kesuksesan orang tuanya. Alih-alih ikut nimbrung di perusahaan orang tua, kini Reynold lebih sibuk mengurus bisnisnya sendiri di bidang teknologi finansial. Ia mengaku sedang asyik-asyiknya bereksperimen dengan usaha barunya itu.

Toh, Unifam, ia ceritakan, masih bisa berjalan tanpa dirinya. Orang tuanya masih terlibat dalam aktivitas perusahaan. Ada kakak-kakaknya pula yang membantu bisnis keluarganya. “Tanpa saya, bisnis keluarga tetap bisa berjalan. Sekarang ini, saya lebih memilih menarik diri, tetapi tidak menutup kemungkinan jika nanti saya akan kembali. Pertama-tama, saya ingin usaha saya maju dan berkembang lebih dulu, Reynold menegaskan.

Awalnya, ia sempat menjajal karier di perusahaan keluarga selama kurang lebih tiga tahun. Reynold pernah menjabat sebagai asisten vice president manufakturing, jabatan yang memang cocok dengan latar belakang pendidikannya. Ia merupakan lulusan Industrial and Operations Engineering dari University of Michigan untuk gelar sarjana dan master. “Saya pikir awalnya saya akan kembali ke perusahaan keluarga setelah lulus kuliah, tetapi keinginan saya berubah setelah saya melanjutkan pendidikan lagi di Harvard Business School,” ujarnya menceritakan.

Di Harvard ia berteman dengan Kelvin Theo, yang memiliki latar belakang pendidikan dan karier di dunia finansial. Lewat perbincangan sederhana di asrama mahasiswa, terbesitlah ide untuk membuat sebuah perusahaan teknologi pinjam-meminjam langsung atau peer to peer landing. Mereka berdua telah sangat familier dengan model bisnis tersebut, lantaran praktik bisnisnya telah lazim dilakukan di AS. “Kami ingin mengadopsinya ke Asia Tenggara,” ia menjelaskan.

Tahun 2015, singkat cerita mereka mulai merealisasikan mimpinya. Keduanya berhasil memperoleh pendanaan dan membentuk perusahaan teknologi finansial bernama Funding Societies di Singapura. Hampir setahun kemudian, mereka bahkan melebarkan sayap ke Indonesia dengan nama Modalku. Ia punya pertimbangan tersendiri mengapa memilih Singapura lebih dulu dibanding Indonesia. Salah satunya, pembuktian diri bahwa adopsi tersebut bisa berjalan lancar. “Karena kalau di Indonesia lebih tricky, saya harus yakinkan diri dulu I can do this. Kalau sudah membuktikan diri akan lebih mudah, dibanding belum ada apa-apanya lalu masuk ke sini, itu lebih sulit,” Reynold menuturkan.

Ia mengaku bangga bisa menghadirkan sebuah platform yang bisa mempermudah usaha kecil dan menengah memperoleh modal kerja. Musababnya, menurutnya, banyak UKM yang saat ini belum bankable, padahal punya prospek yang bagus bila diberi kesempatan. “Saya ingin hadir di sana, ingin mempermudah UKM memperoleh pendanaan. Karena kalau berbicara bisnis, semua perusahaan besar dulunya juga UKM. Unifam dulunya juga UKM sebelum bisa sebesar sekarang,” ujar Reynold.

Dari sisi kinerja, bisa dikatakan, bisnis besutan Reynold dan Kelvin ini bertumbuh signifikan. Funding Societies misalnya, telah menyalurkan pinjaman sebanyak S$ 5 juta atau sekitar Rp 48,2 miliar dengan tingkat pembayaran 100% atau NPL 0%. Begitu pun Modalku, yang baru berjalan tiga bulan, tercatat telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp 2,1 miliar kepada 10 peminjam.

Reynold tidak mematok target tertentu dari segi angka. Nomor tiga dari empat bersaudara ini memilih membangun kepercayaan dan ekosistem yang baik lebih dulu. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan proses screening yang ketat dan menjalin kerja sama dengan Bank Sinarmas sebagai pihak escrow agent yang akan mengelola rekening penampungan selama proses pemberian pinjaman berlangsung. “Karena, bagaimanapun, ini merupakan bisnis kepercayaan,” ia menandaskan.

Para investor, menurutnya, tak perlu ragu menginvestasikan uangnya di Modalku. Sebab, para peminjam telah melalui proses seleksi yang panjang, mencakup lima tahap, baik online maupun offline. Peminjam harus melewati verifikasi aplikasi, profile screening, verifikasi antifraud dengan cara melakukan site visit, psychometric testing untuk mengetahui psikologi atau karakter peminjam, hingga evaluasi bisnis dan keuangan. “Peminjam yang memiliki risiko bisnis sangat tinggi, tidak akan kami terima,” Reynold menambahkan.

Di Modalku, ia melakukan monetisasi bisnis dengan membebankan fee atas setiap kesepakatan nilai yang rampung. Besarannya 3%-4% untuk pemberi pinjaman, dan 3% untuk peminjam. Adapun jumlah pinjaman yang dapat diminta oleh peminjam berkisar Rp 50-500 juta dengan tenor 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Bunganya 15%20% per tahun. Pemberi pinjaman bebas menaruh uangnya di UKM yang mereka anggap menarik. “Tapi untuk mengurangi risiko, kami sarankan melakukan diversifikasi portofolio, ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, ibunda Reynold, Susylia Sukana, mengatakan, dirinya sangat mendukung langkah anaknya itu. Ia tidak berkeberatan Reynold memilih mengembangkan bisnis sendiri di luar bisnis keluarga. Ia tidak punya kekhawatiran bila anaknya itu gagal. “Kalau tidak diberi kesempatan tidak akan mandiri. Kami sebagai orang tua membebaskan dia untuk berkreasi,” ujarnya.

Susylia pun mengaku tak memberikan arahan tertentu bagi Reynold dalam menjalankan bisnisnya. Ia punya keyakinan Reynold telah belajar dengan sendirinya dari pengalaman hidupnya dibesarkan dalam keluarga pebisnis. “Kami ini keluarga bisnis. Kalau kumpul bicaranya bisnis, jadi selalu tukar pikiran kalau sedang kumpul. Tidak perlu diarahkan lagi,Susylia menandaskan.

The post Reynold Wijaya, Mantab Terjun di Bisnis Fintech appeared first on Indonesia Youngster Inc..


Willix Halim

$
0
0
Willix Halim

Willix Halim sangat mencintai pekerjaannya. Dia merasa beruntung telah menemukan passion-nya di usia lebih muda ketimbang orang-orang pada umumnya. Setelah lulus kuliah tahun 2010, dia bertugas sebagai pemimpin Front End Developer di Honeywell (Top 100 Perusahaan Teknologi versi Fortune) dan menjabat sebagai Manajer Produk CSIRO (agen penelitian ilmiah terbesar di Australia).

Willix HalimLalu, tahun 2011, Willix memutuskan bergabung dengan Freelancer.com sebagai analis data. Enam bulan kemudian, dia dipercaya menjadi director of analytics di perusahaan ini. “Baru-baru ini saya kembali dipromosikan untuk memimpin tim engineering dan menjabat Senior Vice President of Growth di Freelancer.com,” kata eksekutif kelahiran Medan 15 November 1987 ini.

Tanggung jawab yang diemban lulusan Melbourne University, Australia, dengan dua gelar — Bachelor of Engineering (Mechatronics) dan Bachelor of Computer Science – ini mencapai 90% dari fungsi keseluruhan tim Freelancer.com, meliputi product management, data science, marketing, customer support, design, engineering dan talent.

Sebenarnya, pekerjaan saya sangat sederhana: menciptakan budaya perusahaan yang tolok ukurnya growth untuk menopang pertumbuhan kami sebagai marketplace terbesar bagi freelancer. Kami telah memiliki 18 juta profesional dalam platform dan mempekerjakan lebih dari 1 miliar freelancer,” ujar pria yang menamatkan pendidikan menengahnya di SMA 1 Santo Thomas, Medan, ini.

Ke depan, Willix sudah menetapkan target yang hendak dicapai. Tujuan jangka pendek, menjadikan perusahaannya senilai US$ 1 miliar. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar Freelancer.com baru mencapai US$ 750 juta. Sementara itu, tujuan jangka panjang menjadi marketplace yang bisa memberikan pekerjaan atau proyek kepada 1 miliar orang yang mungkin akan menganggur jika tidak mendapat pekerjaan.

Untuk mencapai target itu, upaya yang dilakukan adalah selalu menggunakan data untuk mendorong keputusan bisnis, sehingga ilmiah. Selanjutnya, eksekusi, eksekusi dan eksekusi.

Kami tidak akan berhenti sampai bisa memberikan pekerjaan kepada 1 miliar orang. Kami memiliki 3 juta freelancer dari India dan 1 juta freelancer dari Indonesia. Tidak ada yang lebih berharga dalam pekerjaan saya dibandingkan bertemu dengan para pengguna Freelancer dan mereka menceritakan keberhasilan Freelancer mengubah hidup mereka lebih sejahtera,” ujarnya, seraya mencontohkan banyak top freelancer Indonesia yang berpenghasilan sekitar US$ 300 ribu per tahun. (*)

Eva M.Rahayu/Nerissa Arviana

The post Willix Halim appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Kisah Sukses Dua Bersaudara Berbisnis Sepatu Kulit

$
0
0

Sudah 12 tahun lamanya kakak beradik, Aditya Danandayu dan Aditi Erlangi, menggeluti bisnis sepatu kulit. Tepatnya sejak tahun 2004. Pada awalnya, mereka hanya coba-coba peruntungan dengan cara menjual sepatu kulit custom. Tidak disangka, justru dari coba-coba itu, mereka bisa menghasilkan omset ratusan juta per tahun.

Aditya Danandayu dan Aditi Erlangi

Aditya Danandayu dan Aditi Erlangi

Berbekal hobinya sedari kecil, Aditya dan Aditi, memang sudah terbius dengan sepatu kulit. Semenjak kecil keduanya punya ketertarikan tersendiri atas barang-barang yang berasal dari kulit. Sampai suatu saat muncul ide membuat produk untuk dikonsumsi sendiri, lantaran sulit mendapatkan jenis produk yang sesuai dengan keinginan. “Ternyata hasilnya banyak juga yang melirik,” kata Aditya.

Dari situ, ia kemudian berpikir bahwa bisnis sepatu kulit termasuk prospektif. Ia punya optimisme bahwa produk kulit punya penggemar yang segmented. Meski harganya tergolong lebih mahal, pasarnya tetap menjanjikan seiring pertumbuhan kelas menengah yang cukup signifikan. Tinggal bagaimana mengemas produk tersebut agar lebih trendi dan bisa menarik minat konsumen. “Memang banyak pesaingnya di bisnis ini, tapi kami punya keunggulan lebih bergaya anak muda,” ujar Aditya.

Sampai sekarang, setidaknya sudah dua merek dimiliki oleh kakak beradik ini. Satu merek premium bernama Bergh & Ozil, dan satu lagi untuk menengah-bawah dengan nama Cajsa. Kendati dimiliki orang yang sama, keduanya punya target pasar yang berbeda. Bergh & Ozil diperuntukkan bagi lelaki, sedangkan Cajsa untuk wanita dan anak-anak. Mereka punya tugas masing-masing dalam pengembangan setiap mereknya. “Saya megang sepatu cowok, adik saya megang sepatu cewek,” Aditya menambahkan.

Walau awalnya hanya menjual produk sepatu kustomisasi, lama-kelamaan bisnis mereka mulai berkembang. Mereka memiliki pabrik atau workshop tersendiri di Bandung yang berkapasitas hingga 2 ribu pasang sepatu per bulan. Dari kapasitas itu, sebanyak 800 pasang sepatu biasanya diproduksi untuk merek sendiri, sisanya dibuka untuk produsen lain, yang ingin menumpang. “Sistemnya mereka datang lalu produksi di sini. Saat ini workshop kami memproduksi untuk 8 merek termasuk kami sendiri. Tiga di antaranya merek luar negeri – dua dari Australia, satu lagi dari Belanda,” Aditya menjelaskan.

Resep sukses dari keduanya, lanjut Aditya, tak terlepas dari ketekunan menjalankan bisnis ini. Aditi bahkan sempat pergi ke Italia untuk belajar desain sepatu dan pembuatan pola di Ars Sutoria, Milan tahun 2009. Berbagai tantangan pernah dirasakan sejak merintis usaha, mulai dari masalah tenaga kerja hingga ketersediaan bahan. Namun, hal itu tak lantas membuat keduanya cepat menyerah. Sejak kecil mereka dididik untuk menjadi wirausaha yang tangguh oleh kedua orang tuanya, Benny Bayu dan Ida Ridhawati yang juga punya latar belakang profesi sebagai pengusaha. “Mereka (orang tua) lebih mendukung usaha daripada kerja kantoran,” Aditya menegaskan.

Maka, semua kendala dicarikan solusinya agar bisa diatasi. Termasuk mengimpor bahan kulit dari luar negeri untuk jenis kulit yang sukar didapat di dalam negeri. Rata-rata harga produk mereka dibanderol sesuai dengan bahan. Merek Bergh & Ozil misalnya, untuk sepatu dengan bahan kulit impor dibanderol seharga Rp 5-6 juta, sedangkan sepatu berbahan kulit biasa sekitar Rp 800 ribu. “Kalau Cajsa, tidak semahal itu, lebih terjangkau dengan kisaran Rp 300 ribu, karena tidak murni kulit. Pertimbangannya karena kalau perempuan kan lebih sering ganti-ganti sepatu dibanding laki-laki,” ujar Aditi.

Saat ini, setidaknya banyak orang telah menjadi pelanggan tetap sepatu buatan mereka. Tak hanya masyarakat biasa, beberapa orang ternama seperti Ayushita, Barli Asmara, Sarah Sechan pernah mencicipi mengenakan sepatu Bergh & Ozil. “Klien kami sudah banyak, tapi kalau yang loyal bisa lebih dari 50 orang,” ungkap Aditya.

Aditya dan Aditi lebih banyak menggunakan media online sebagai sarana pemasaran seperti Instagram, Twitter, Facebook dan website, selain juga punya offline store di Jl. Taman Cibeunying Utara 2A, Bandung. Dalam setahun biasanya mereka aktif ikut bazar empat sampai lima kali untuk menciptakan brand awareness atas kedua mereknya. Meskipun merupakan produk asli lokal, branding Bergh & Ozil sengaja dibuat lebih internasional. Bila kita mencoba mengunjungi laman berghozil.com, mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai tampilan, dan mencantumkan harga dalam bentuk dolar AS. “Kami ingin menyasar pasar internasional karena peluangnya ada dan cukup bagus. Sekarang juga sudah ada pembelian dari luar negeri dan mau dikembangkan ke sana,” ujar Aditi

Lucky, salah satu pengguna setia merek besutan dua bersaudara tersebut, mengaku puas dengan produk Bergh & Ozil dan Cajsa. Ia telah 2,5 tahun berlangganan Bergh & Ozil dan aktif membeli sepatu wanita besutan Aditi. “Sepatu pria Bergh & Ozil untuk saya pakai sendiri, kalau sepatu Aditi yang ceweknya untuk klien saya, karena pekerjaan saya stylish,” ujarnya.

Ia pertama kali kenal dengan produk tersebut melalui kakak dan ibunya yang telah lebih dulu berlangganan. Baginya, kedua merek tersebut menawarkan model yang sangat mengikuti perkembangan tren saat ini. “Walau tidak murah harganya, masih masuk akal,” ujarnya.

Profil Bergh & Ozil

Nama pendiri: Aditya Danandayu (13 November 1982)

& Aditi Erlangi (2 Maret 1985)

Fokus bisnis: Sepatu kulit

Toko offline: Jl. Taman Cibeunying Utara 2A Bandung

Merek & harga: Bergh& Ozil (Rp 800 ribu-6 juta) dan

Cajsa (sekitar Rp 300 ribu)

Strategi pemasaran: online, bazar, kolaborasi dengan

desainer dalam ajang IFW dan JFW

Produksi: 800 pasang per bulan (untuk merek sendiri)

Omset: di bawah Rp 500 juta per tahun

Jumlah karyawan: sekitar 35 orang

The post Kisah Sukses Dua Bersaudara Berbisnis Sepatu Kulit appeared first on Indonesia Youngster Inc..

EnvyMe, Wujud Rasa Iri Diana kepada Dunia Kecantikan

$
0
0
Diana Anggriani

Merasa prihatin karena masih jarang produk kosmetik sehat di Indonesia, ditambah minatnya yang besar di dunia kecantikan, serta modal latar belakang pendidikan farmasi ditangannya, membuat Diana Anggriani yakin ketika mendapat dorongan kuat memproduksi dan memasarkan produk kosmetik di Bandung. Maka, di bawah CV Kosmetika Safi Adikarya, akhir 2011, lahirlah produk kosmetik EnvyMe yang berarti “iri kepadaku” – sebuah penyataan yang bermakna ganda: iri karena terpikat dan ajakan untuk mengikutinya.

Diana AnggrianiBukan tanpa pengalaman Diana berbisnis kosmetik sendiri. Mojang priangan ini memiliki latar belakang sebagai sarjana farmasi lulusan Universitas Padjadjaran (2004-09). Kemudian, ia melanjutkan pendidikan Apoteker di Fakultas Farmasi di universitas yang sama (2009-10). Setelah lulus, ia bekerja di salah satu perusahaan kosmetik ternama di Bandung selama 3,5 tahun sebagai apoteker penanggung jawab divisi riset dan pengembangan produk.

Menurutnya, ia berani terjun membesut sendiri bisnis kosmetik karena pasarnya di Indonesia sangat besar. Maklum, kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan primer wanita Indonesia. “Sehingga saya memilih berbisnis kosmetik,” katanya menegaskan. Karena baru merintis bisninya, Diana melakukan produksi di pabrik orang lain (toll manufacturing). Pabrik rekanannya ini memiliki kapasitas produksi yang besar dan sudah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Produk kami hydroquinone free, mercury free, dan paraben free sehingga aman dipakai jangka panjang karena menggunakan ekstrak alami dalam setiap produk,” ujar Diana berpromosi. Ekstrak alami yang dipakai adalah ekstrak pepaya yang mengandung enzym papain sebagai exfoliator alami, dan apple serum stem cell sebagai anti-ageing yang mengandung anti-oksidan kulit. Segmen pasar yang dibidik adalah wanita muda berusia 15-25 tahun. “Biasanya di usia seperti itu belum mempunyai kosmetik yang cocok atau dalam pencarian produk yang tepat untuk dirinya. Sehingga, lebih mudah kami edukasi,” katanya.

Kisaran harga produk yang dipasarkannya, Rp 28-130 ribu. Untuk yang Rp 28 ribu adalah toner. Adapun yang paling mahal adalah apple serum. Ia juga menjual dalam paket, yaitu Papaya Deluxe whitening series Rp 280.000/paket, dengan isi: facial foam, toner, night cream, daycream, dan serum. Produk Papaya Deluxe dan juga dua produk lainnya, yaitu peeling dan kefir mask, termasuk yang paling banyak diburu pelanggan. “Saat ini, 60% penjualan berasal dari tiga rangkaian produk tersebut,” cetusnya. Saat ini ia memiliki reseller di Sumatera (Medan), Jawa (Jabodetabek, Jawa Barat), Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan NTB (Lombok). Konstribusi terbesar, yaitu 40%, berasal dari reseller di Jabodetabek dan Ja-Bar.

Sejatinya, bukan perkara mudah bagi Diana untuk membesarkan bisnisnya. Terlebih, dalam bisnis kecantikan diperlukan kepercayaan yang tinggi dari pelanggan untuk menggunakan produknya. Itu sebabnya, selain dirinya juga menggunakan produknya, juga pada saat awal berbisnis, ia merawat wajah tantenya yang memilki flek menahun selama 12 tahun. “Saya rawat bukan hanya menggunakan krim dan serumnya. Tetapi asupan makanan, olahraga dan keseluruhannya. Ketika akhirnya kondisi kulitnya semakin baik, saya senang dan akhirnya teman-teman tante pun mencoba produk EnvyMe karena melihat perkembangan kulitnya,” ungkapnya mengenang.

Ia pun terus memperluas pasar dengan melakukan promosi di media online atau media sosial, blogger dan marketplace. Melalui media online ini, selain mempromosikan produknya, ia juga mengumpulkan berbagai testimoni dari pelanggan yang telah menggunakannya sehingga EnvyMe semakin dipercaya. Ia juga akan memperbanyak video blogging untuk memberikan tutorial penggunaan produk kosmetik, atau apa saja kosmetik yang ia gunakan, olahraga yang ia lakukan, yaitu yoga, dan hobinya minum jus untuk menunjang kecantikan luar dan dalam. “Saya ingin membagikan kepada sebanyak-banyaknya orang. Dan untuk campaign EnvyMe di 2016 adalah #cantikalami #nomakeup,” katanya menginformasikan.

Promosi via media online cukup ampuh mendongkrak penjualan. “Kontribusi penjualan online 80%, dan offline 20% yang salah satunya melalui penjualan di Alun-Alun Grand Indonesia Jakarta dengan sistem konsinyasi,” katanya. Adapun target penjualan di tahun ini diharapkan bisa meningkat 2-3 kali lipat. Dengan demikian, promosi pun akan terus ditingkatkan. Dan, saat ini EnvyMe sudah memilki duta merek untuk produk, yaitu seorang celebgram atau nitizen yang aktif di media sosial Instagram bernama Helmi Nursifah (@helminursifah)

Wasiaturrahma Gafmi, Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya, menilai EnvyMe bisa bersaing dengan kosmetik lainnya bila mempunyai nilai lebih. Selain itu, strategi yang harus dikembangkan EnvyMe adalah menjaga kepercayaan pelanggan dengan cara meningkatkan kualitas produk dan harga yang terjangkau, serta terus melakukan inovasi melalui riset yang berkualitas. “Peluang pasarnya cukup bagus karena dalam promosinya, EnvyMe menggunakan media sosial yang sangat cepat diketahui oleh masyarakat/netizen,” katanya.(*)

Dede Suryadi dan Tiffany Diahnisa

The post EnvyMe, Wujud Rasa Iri Diana kepada Dunia Kecantikan appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Antonius Bong, Garap e-Commerce Lewat Cantik.com

$
0
0
Antonius Bong

Kreasi bisnis anak muda bernama Antonius Bong ini seperti tak ada matinya. Sejak 10 tahun lalu beberapa bisnis telah dikembangkan, dan masih berjalan hingga sekarang. Mulai dari bisnis kemasan, kafe, hingga studio game. Belakangan, Antonius masuk ke bisnis e-commerce dengan mengembangkan toko online khusus fashion wanita: Cantik.com.

Antonius BongKiprah kewirausahaannya dirintis ketika ia selesai kuliah di sebuah universitas di Melbourne, Australia, pada 2006. Ketika itu, ia dan beberapa temannya mendirikan perusahaan impor kemasan dari Indonesia (ke Australia), bernama Inkers Printing. Bisnis ini hanya dijalani lulusan bidang akunting dan TI ini selama tiga tahun. Alasannya, ia memutuskan kembali ke Indonesia setelah melihat banyak peluang yang bisa dikembangkan.

Di Indonesia, Antonius mengawali bisnisnya dengan mengembangkan cyber cafe —kafe dengan fasilitas Internet– bernama Cyberia. Sampai saat ini, Cyberia telah memiliki enam gerai, tersebar di Bandung dan Jakarta.

Pada 2012, ia mengembangkan sayap bisnisnya, dengan mendirikan studio game bernama Aston Code, yang membuat aplikasi game untuk Android dan iOS. Hingga saat ini Aston Code masih aktif membuat game. Salah satu produk game-nya yang paling hit adalah Harmoni, aplikasi karaoke untuk anak-anak.

Tak berhenti di situ, pada akhir 2014 Antonius bersama tiga temannya, yaitu Sam Tanuwidjaja, Indra Gunawan, dan Wenas, merintis bisnis e-commerce lewat situs Cantik.com. Agar lebih fokus mengembangkan bisnis e-commerce, ia menyerahkan bisnis-bisnis yang sudah dikembangkannya kepada para profesional. “Peluang Cantik.com untuk berkembang sangat besar, maka saya fokus di sini,” kata Antonius memberi alasan.

Menurut dia, dipilihnya bidang e-commerce fashion, terutama untuk wanita, karena secara global pertumbuhan bisnis ini sangat tinggi. “Kami menyasar mass market. Karena itu, kami menggunakan slogan ‘Semua Bisa Cantik’,” tuturnya. Dipilihnya segmen mass market karena potensinya sangat besar. Di Jakarta saja, jumlah orang yang berbelanja online 6 juta orang. Di seluruh Indonesia 11 juta. “Potensinya sangat besar dan pemain yang menyasar mass market belum banyak,” ucapnya.

Cantik.com menjajakan beragam produk aparrel untuk wanita, dengan kisaran harga relatf murah, mulai dari Rp 70 ribuan hingga Rp 180 ribuan. Maklum, semua produknya lokal, tetapi diklaim berkualitas ekspor. “Meski murah, kami menjamin kualitas produknya terjaga, dan modelnya up-to-date,” Antonius mengklaim. “Kebanyakan e-commerce fashion yang ada kan menyasar pasar kelas atas, belum ada yang melirik ke mass market. Kami yang pertama masuk,” ia menambahkan.

Menurut Antonius, pihaknya mengontrol mutu produk yang ditawarkan Cantik.com. “Hingga hari ini, return rate di Cantik.com nyaris nol. Artinya, pelanggan sangat puas,” katanya.

Pihaknya didukung oleh orang-orang yang berpengalaman (kini ada tujuh orang) di bidang merchandising. Total karyawannya sekitar 60 orang. Tiap hari, timnya melakukan evaluasi, mana yang paling diminati dan mana yang kurang diminati. Agar pelanggan lebih tertarik, pihaknya menggratiskan ongkos kirim ke seluruh Indonesia. “Cantik.com memang ingin membuat semua wanita cantik tanpa terhalangi ongkos kirim yang mahal,” ucap Antonius.

Kendati begitu, diakuinya, shipping cost di Indonesia tergolong tinggi. Namun, tidak semua pelanggan Cantik.com berasal dari daerah yang jauh. Justru, lebih dari 50% pelanggan Cantik.com berasal dari Jawa yang ongkos kirimnya masih terjangkau, Rp 7-8 ribuan. “Kami belum memutuskan sampai kapan bisa memberikan free shipping cost ini. Kalau perlu sih, selamanya,” ujarnya seraya tersenyum.

Dengan cara membuat bebas ongkos kirim, Antonius meyakini akan banyak menarik pembeli. Setelah senang dan puas, pelanggan akan bicara ke teman dan kerabatnya, selain tentu saja akan kembali membeli produk.

Ia yakin perusahaan e-commerce-nya ini akan membesar. Ia melihat yang terpenting adalah fokus dalam pengelolaan. “Secara fundamental sama dengan bisnis lain, manajemen harus kuat, proses bisnis harus baik, cost management harus bagus, monitoring, kontrol dan auditing juga harus berjalan dengan baik,” paparnya.

Untuk mempromosikan Cantik.com, tim Antonius menjalankan digital marketing dan offline marketing. Karena pembeli produk fashion masih dari offline, dilakukan pula cara community building. Juga, secara reguler pihaknya mengadakan pameran di gedung perkantoran besar. “Kami perkenalkan apa itu Cantik.com, bagaimana cara membeli produk di web kami. Barangnya juga dipajang agar calon pembeli bisa melihat dan merasakan produk kami,” ujarnya.

Cantik.com pun memanfaatkan figur selebritas untuk menjadi endorser. Juga, menggunakan fasilitas media sosial agar jangkauan promosinya lebih luas. “Kami tidak mau jorjoran dalam aspek marketing, tetapi lupa dengan produknya sendiri. Karena, esensi bisnis ada pada produknya. Kalau produk bagus, biaya pemasarannya tidak perlu besar. Product will speak for itself,” kata Antonius.

Menurut penggemar olahraga golf, snowboard dan tenis ini, pihaknya pun peduli urusan R&D. Pihaknya sangat selektif dalam memilih pemasok dan penjahit yang mendukung produksinya. Saat ini ada lima pabrik garmen yang bekerja sama dengan Cantik.com. “Seleksi kami sangat ketat, karena kami tidak mau pelanggan kecewa dengan produk Cantik.com,” kata lelaki kelahiran 20 Januari 1984 ini.

Antonius mengklaim pertumbuhan bisnis Cantik.com cukup bagus. “Pertumbuhan penjualannya 40%-50% per bulan,” ujarnya. Ia berniat mengembangkan bisnis e-commerce fashion khusus pria di masa mendatang. (*)

Herning Banirestu & A. Mohammad B.S.

The post Antonius Bong, Garap e-Commerce Lewat Cantik.com appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Peringati Hardiknas dan Harkitnas, Pekan Pendidikan Kembali Digelar

$
0
0

Hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei seharusnya menjadi momentum tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Tidak hanya diprakarsai oleh staf dan tenaga pengajar saja. Kemajuan pendidikan Indonesia haruslah didukung oleh semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pesta Pendidikan (PeKan) yang hingga saat ini didukung oleh lebih dari 90 organisasi dan komunitas kembali diperkenalkan secara resmi kepada publik di Museum Sejarah Diorama Monumen Nasional (Monas). Pengenalan ini dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Rasyid Baswedan, para pejabat sektor pendidikan, tokoh masyarakat dan ratusan perwakilan komunitas dan organisasi pendukung program.

hardiknas

 

Najelaa Shihab, penggagas sekaligus penggiat PeKan menyatakan bahwa kegiatan ini diadakan untuk menggugah kebangkitan semesta pendidikan nasional perlu terdapat sebuah cara agar praktik-praktik baik yang selama ini telah memberi makna bagi reformasi pendidikan dapat teridentifikasi, diapresiasi dengan baik dan dirayakan untuk menarik lebih banyak keterlibatan warga.

“Pesta Pendidikan adalah wadah alternatif yang belum pernah dimiliki dunia pendidikan dalam menyatukan keterlibatan seluruh aktor pendidikan. Selain itu, Pendidikan adalah pengalaman bersama dan kepentingan utama yang menyentuh kita semua. Oleh karenanya, bergerak untuk pendidikan bukan semata menjadi tanggung jawab satu pihak atau sekelompok orang saja. Tema Pesta Pendidikan ‘Semua Murid Semua Guru’ dimaksudkan untuk memberi inspirasi bagi semua lapisan masyarakat, bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat dan kontribusi terhadap pendidikan dapat dilakukan lewat berbagai cara sesuai profesi dan kapasitas masing-masing, ”jelas Najelaa.

PeKan dilaksanakan sepanjang bulan Mei 2016, dengan mengambil momentum semangat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, melalui serangkaian kegiatan yang digerakkan oleh seluruh komunitas dan organisasi pendukung – termasuk puluhan media – di berbagai jalur, melalui berbagai pendekatan dan di berbagai kota di Indonesia. Hal ini ditandai dengan peluncuran buku “Belajar dari Ki Hajar” dan “Budi Dr. Soetomo” melalui pertunjukan monolog Dr. Soetomo yang diperankan oleh Anies Baswedan dan aktor multi talenta Reza Rahardian sebagai Ki Hajar Dewantara. Acara diakhiri dengan penyalaan pelita Pesta Pendidikan di tugu Monas dengan kampanye “Semua Murid Semua Guru” oleh seluruh organisasi dan komunitas yang terlibat.

Anies Baswedan, Menteri Pendidikan Indonesia menekankan bahwa pendidikan harus mewujud sebagai sebuah gerakan bersama. Pesta Pendidikan merupakan contoh nyata pelibatan publik yang merubah paradigma bahwa pendidikan adalah urusan pemerintah dan pihak sekolah saja.

“Sebaliknya orang tua dan lingkungan juga turut menentukan keberhasilan proses pendidikan anak. Selain itu, ekosistem pendidikan perlu terbuka terhadap nilai-nilai dan pendekatan baru, inovatif, serta memahami kebutuhan anak dan tuntutan masa depan,” ujar Anies.

Puncak acara dari PeKan nantinya akan diselenggarakan di FX Mall Jakarta pada tanggal 29 Mei. Pesta Pendidikan memiliki sejumlah agenda kegiatan besar yaitu peluncuran lagu dari musisi untuk pendidikan, kampanye dan lomba video “Ini Inspirasiku”, lomba desain seragam dan simbol identitas “Untuk Guru”, rangkaian kegiatan “Buka Pintu Sekolah” yang dikemas dalam bentuk workshop maupun talkshow, roadshow Guru Berbudi dan Teman Belajar, pelatihan bersama para desainer visual, dongeng keliling, Kontak Kampus, Kampanye “Mitos VS Fakta Pendidikan Indonesia” dan peluncuran “Sinedu.id” yang dikemas sebagai program pengembangan literasi media melalui film untuk siswa, guru dan orang tua.

Seluruh pihak yang terlibat diharapkan dapat tergugah untuk meningkatkan kapasitas diri dalam menyelenggarakan pendidikan melalui cara-cara yang menyenangkan dan bermakna. “Pesta Pendidikan merupakan perayaan bagi seluruh masyarakat yang pernah merasakan hebatnya dampak pendidikan. Kegiatan ini juga menjadi wadah tempat berkumpulnya para individu, organisasi atau komunitas dengan inisiatif, inovasi dan bukti praktik cerdas di lapangan yang konstruktif bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Ini semua sebagai bentuk sumbangsih mereka bagi bangsa, sesuai minat dan kemampuan masing-masing,” tambah Najelaa.(EVA)

The post Peringati Hardiknas dan Harkitnas, Pekan Pendidikan Kembali Digelar appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Kuartal I 2016, Laba Bersih Citi Indonesia Rp633 Miliar

$
0
0

Meski mengalami tantangan ekonomi, kondisi sektor perbankan dapat dikatakan mulai membaik. Hal ini dikarenakan banyaknya kinerja positif yang dialami perbankan dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satunya adalah Citibank Indonesia yang membukukan kinerja positif pada akhir kuartal satu 2016. Berdasarkan laporan keuangan kuartal 1 tahun 2016, Citi Indonesia  mencetak laba bersih Rp633 miliar. Angka ini naik 12% dari  Rp 567 miliar di periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan laba tersebut didukung oleh pendapatan bunga bersih sebesar 10%.  Peningkatan yang positif juga terlihat dari jumlah total aset, dimana per Maret 2016 Citi Indonesia membukukan Rp76,5 triliun. Angka ini meningkat sebesar 6% dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu.

146a7a3f0ade3e3cc98ecd9060bffc6c

Chief Executive Officer Citi Indonesia, Batara Sianturi, mengatakan, kualitas aset Citibank pada akhir kuartal 1 2016 meningkat sehingga rasio NPL Net menjadi 1,15%. Begitu halnya dengan Beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) juga membaik 25% menjadi Rp131 miliar sampai dengan akhir kuartal 1 tahun 2016.

Bagi Batara, Untuk mempertahankan kinerja ini, Citibank akan secara konsisten menerapkan strategi untuk menjadi bank berskala global yang  berkonsep simpler, smaller, safer and stronger. “Saya yakin bahwa kondis Citibank membaik karena adanya konsistensi kami, terutama dalam  dalam menerapkan strategi untuk menjadi bank berskala global yang berkonsep simpler, smaller, safer and stronger,” ujar Batara dalam siaran persnya.

Untuk dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 51,2 triliun. Angka ini meningkat 4% dibandingkan periode yang sama tahun (YoY). Rasio Dana Murah (CASA) Citi Indonesia terhadap DPK ada pada kisaran 71%, sehingga diharapkan dapat terus mendukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih.

Dari sisi permodalan, Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan KPMM sebesar 28.86% pada kuartal 1 ini. Pencapaian rasio pemberian kredit/pembiayaan UMKM  mencapai 9% terhadap total kredit per Maret 2016.  Dalam menanggapi hal tersebut, Batara mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan cara melakukan penyaluran dana pada UMKM seperti yang telah diinstruksikan.

“Kami akan terus mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan mengimplementasikan penyaluran dana sesuai dengan program prioritas pemerintah Republik Indonesia, antara lain pada sektor infrastruktur, usaha produktif lainnya yang mendukung peningkatan ekspor serta peningkatan kredit yang diberikan ke sektor UMKM. Dalam pelaksanaannya, kami akan senantiasa mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit,” ujar Batara.

Menilik kinerja di sepanjang tahun 2015 yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia, Citi Indonesia mencetak laba bersih senilai Rp1.567 miliar dengan peningkatan aset sebesar 14.6% dibandingkan tahun sebelumnya. Di ranah digital, Citi Indonesia memperkuat inovasi dan pelayanannya dengan meluncurkan empat Smart Branch yang berfokus pada solusi perbankan digital yang mumpuni.

“Saya menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh karyawan, mitra bisnis, nasabah serta pemangku kepentingan Citi Indonesia atas kerjasama dan kepercayaan yang diberikan.  Semoga Citi dapat senantiasa menjadi mitra perbankan yang mendorong pertumbuhan dan kemajuan bagi klien dan nasabah,” dia berharap. (EVA)

The post Kuartal I 2016, Laba Bersih Citi Indonesia Rp633 Miliar appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Ciputra Pasarkan Apartemen di Makassar

$
0
0

Tahun 2016, pasar properti di Kota Makassar makin melaju kencang, seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat kota tersebut, yang mencapai 9,6 persen di tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi setinggi itu, menaikkan daya membeli masyarakat yang tercermin dari naiknya tingkat konsumsi dan gaya hidup masyarakat “Kota Anging Mamiri” itu.
Perkembangan bisnis yang begitu pesat, juga mendorong naiknya permintaan hunian yang berada di tengah kota, terutama di wilayah-wilayah Central Business District (CBD).

Salah satu apartemen yang beruntung adalah Vida View Apartments Makassar, yang dikembangkan oleh Ciputra Group. Apartemen ini dikelilingi mal, bank, perkantoran, sekolah, pusat kuliner, dan dekat dari pintu tol. Bandara dan pusat kota hanya 15 menit saja.

vida

“Di awal tahun ini, penjualan unit apartemen kami menunjukkan tren positif. Selain investor banyak juga yang membeli untuk dipakai. Sebagian datang dari luar kota, namun kebanyakan masih dari Kota Makassar dan sekitarnya,” kata Johan, Associate Director Ciputra Group.

Memanfaatkan memontum ini, sejak awal bulan April 2016, Vida View Apartments menawarkan promosi menarik, dengan memberikan subsidi hingga Rp40 juta-an. Johan menjelaskan, subsidi tersebut dalam bentuk subsidi uang muka 10 persen. Artinya, konsumen bebas atau tidak perlu membayar uang muka. Kalau disetujui, mereka hanya membayar cicilannya saja.

Namun, untuk mendapatkan fasilitas subsidi ini, syaratnya adalah konsumen harus menggunakan KPP Pertama. Maksudnya, konsumen tidak sedang atau punya kewajiban (out standing) pembayaran KPR lain. Konsumen atau pembeli diwajibkan mengisi Surat Pernyataan Pemilikan Fasilitas Kredit Pembiayaan Properti, dengan syarat unit apartemen yang dibelinya merupakan KPP Pertama.

“Apabila di kemudian hari pernyataan itu tidak benar, maka fasilitas subsidinya akan kami cabut. Sebab konsumen tersebut tidak berhak mengikuti promo ini,” tegas Johan.

Menurut Johan, program promosi ini ditawarkan untuk memberikan kesempatan seluas-luas kepada masyakat, yang memang sangat membutuhkan hunian di tengah kota, dengan cara pembayaran lebih menarik. Artinya, mereka tidak perlu mengeluarkan dana cukup besar di depan. Dananya dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti biaya pernikahan, pembelian interior / furniture, atau keperluan lain yang lebih mendesak. Johan juga menambahkan, sejak program ini diluncurkan, penjualan unit apartemen Tower Brentsville meningkat tajam. Konsumen banyak yang tertarik dengan program promo ini. Karena itu, dia yakin, Tower Brentsville akan terjual habis tahun ini.

“Tower Brentsville sendiri merupakan tower kedua dari tiga buah rangkaian apartement di Vida View Makassar yang rencananya akan diserahterimakan pada akhir tahun 2017. Sedangkan tower Ashton yang sudah terjual habis pertengahan tahun lalu akan diserah terimakan rencananya pada bulan Juni 2016,” ujar Johan.

Menjadi menarik ketika kenaikan harga unit di Tower Brentsville sendiri cukup tinggi. Johan mengklaim bahwa Kenaikan terjadi hingga 27 persen. Hal inilah yang yang menjadikan Tower Brentsville menarik untuk dijadikan investasi.

“Awal dipasarkan tahun 2014, harga unit 1 bedroom di Tower Brentsville hanya Rp 343 juta, sekarang sudah Rp 485 juta, berarti kenaikan sekitar 27 persen. Sementara jika disewakan, untuk apartemen di daerah Boulevard Panakukang rata-rata per bulannya mencapai Rp4 juta-an per bulan,” tutup Johan. (EVA)

The post Ciputra Pasarkan Apartemen di Makassar appeared first on Indonesia Youngster Inc..


Pengampunan Pajak Masih Pro-Kontra

$
0
0

Undang-undang pengampunan pajak merupakan bagian dari reformasi pajak secara menyeluruh di Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa pengampunan pajak merupakan strarting point yang nantinya akan diikuti oleh amandemen pajak lain seperti RUU ketentuan umum perpajakan, RUU Pph, RUU Ppn dan RUU Bea materai. Meski menuai banyak perdebatan, saat ini RUU mengenai perngampunan pajak tengah dibahas di DPR RI. Pengampunan pajak merupakan salah satu bentuk kebijakan yang dapat diberikanoleh pemerintah untuk mendorong rekonsiliasi nasional serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melakukan kewajiban perpajakannya.

tax

Di Indonesia sendiri, pengampunan pajak bukanlah hal yang baru. Sebelumnya Indonesia pernah melakukan penerapan pengampunan pajak pada tahun 1984. Namun, pelaksanaannya tidak efektif karena minimnya partisipasi wajib pajak pada kala itu. Selain itu, sistem administrasi perpajakan saat itu tidak terdapat jaminan pengampunan pidana lain di luar pidana pajak yang terkait dengan harta yang dilaporkan.

Mengenai pengampunan pajak, Johny Dharmawan, dewan pengurus harian APINDO menyatakan bahwa hal ini seharusnya disikapi secara positif. Pasalnya, tidak semua uang yang berada di luar negeri ini konotasinya negatif. Ia juga menyatakan seharusnya sebelum mengambil keputusan mengenai pengampunan pajak terlebih dahulu harus dipertimbangkan. Pasalnya menerapkan peraturan pajak tidaklah mudah.

“Pengampunan pajak memang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan. Kalau pakai data Apindo ada Rp20 triliun. Jadi jangan negative thinking dengan pengampunan pajak. Karena sejarah uang orang di Indonesia ada di luar negeri itu panjang. Mau mengembalikannya ke Indonesia tidak mudah. Pasti banyak yang merasa tidak rela, apalagi pihak di luar negeri sana. Pengampunan pajak ini harus disikapi secara bijak, bukan arogan. Sebelum diterapkan, harus dilihat dahulu. Khususnya ditjen pajak, pendataannya harus berhasil. Jika penerapan sistem perpajakan di Indonesia sudah berada dalam titk yang seimbang, maka bisa diterapkan sistem reward dan punishment,” ujar mantan Presidir Astra tersebut.

Hal tersebut juga didukung oleh Mardiasmo, Wakil Menkeu Kabinet Jokowi. Ia menyatakan bahwa pengadaan pengampunan pajak sesuai dengan program Nawacita yakni kemandirian ekonomi. Ia juga menitik beratkan filosofi pengampunan pajak ini lebih kepada kontribusi dalam membangun bangsa.

“Untuk pembangunan, Indonesia butuh dana yang besar. Tidak sesuai dengan Nawacita kalau kita mengandalkan dana pinjaman. Lebih baik kita menarik dana yang ada di luar, kita ketuk hati mereka, untuk diberi kesempatan bersama pemerintah demi membangun kesejahteraan. Mengenai teknisnya nanti akan dibahas oleh Ditjen Pajak dan DPR. Mungkin bisa dikasi masukan juga mana nantinya sektor yang akan diperkuat dengan hasil tersebut. Apakah di Infrastruktur, properti dan perbankan. Yang terpenting adalah ketika sudah di ambil, harus berbondong untuk direpatriasi. Tujuannya adalah membangun negara sesuai dengan pancasila,” ujar Mardiasmo.

Darussalam, ahli sekaligus pengamat perpajakan juga menyatakan hal serupa. Ia menyatakan pengadaan pengampunan pajak merupakan sebuah urgensi. Pasalnya, penerimaan pajak saat ini hanya dilakukan oleh segelintir orang saja.

“Pengampunan pajak bisa menggerakkan perekonomian Indonesia dalam banyak bentuk investasi yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Pengampunan pajak juga akan memberikan uang tebusan yang dapat menambah penerimaan APBN 2016. dengan adanya penambahan penerimaan negara diharapkan dapat digunakan untuk membangun sarana dan prasarana demi kepentingan masyarakat banyak,” kata Darussalam. (EVA)

The post Pengampunan Pajak Masih Pro-Kontra appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Kiat Bisnis Perhiasan Swarovski Dua Sejoli

$
0
0
Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro

Batu kristal belakangan kerap menjadi pilihan favorit bagi mereka yang mendambakan penampilan mewah dan elegan. Tak heran, tren penggunaannya cukup populer di industri fashion dan aksesori perhiasan. Di dunia sendiri, merek Swarovski besutan Daniel Swarovski, telah menjadi merek yang mengglobal dan digandrungi banyak peminat. Banyak desainer menggunakan kristal Swarovski untuk meningkatkan daya tarik dalam mengkreasikan karya mereka.

 Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro

Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro

Melihat peluang usaha di bisnis perhiasan berbahan dasar Swarovski inilah, pasangan Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro tak tinggal diam. Tahun 2010, keduanya mulai menjalankan bisnis yang bergerak di bidang perhiasan berbahan dasar Swarovski. Beberapa produk yang dijual, antara lain, kalung, gelang, liontin dan anting. Mereka punya dua merek yang menaungi hasil produknya, AR Signature sebagai lini utama, dan AR Hestia sebagai merek lini kedua dengan kisaran harga Rp 700 ribu hingga belasan juta. AR Signature punya ciri khas full handicraft dengan desain yang lebih rumit, sedangkan AR Hestia lebih pada item sederhana yang komponen pendukung utamanya titanium dan stainless steel. “AR Signature desainnya jauh lebih kompleks dan perlu waktu pengerjaan lebih lama, sehingga harganya relatif lebih tinggi. Sementara AR Hestia desainnya lebih daily use, jadi harganya lebih terjangkau, tutur Alma.

Dua sejoli sejak semasa kuliah itu bisa dibilang berani dan nekat ketika terjun ke bisnis perhiasan Swarovski. Mereka menjual semua investasi di bidang logam mulia dan saham yang sebelumnya dijalankan. Total dibutuhkan dana Rp 50 juta ketika mulai merintis AR Signature. Teknik pembuatan perhiasan pun dipelajari secara otodidak lewat YouTube, dan tanya pada orang-orang. Kebetulan, sejak SMP Ruth memang suka membuat kerajinan tangan, jadi tidak canggung mempelajari hal tersebut. “Pembagian tugasnya, Ruth yang bertugas mendesain dan saya lebih di bagian pemasaran,” ia menambahkan.

Lewat hasil kerja kerasnya saat itu, AR Signature dan Hestia perlahan mulai dikenal khalayak. Setiap bulan rata-rata omset mencapai Rp 80-100 juta. Mereka telah menjadi partner branding resmi Swarovski. Padahal, di awal merintis usaha, mereka mendapat pasokan dari distributor Singapura. Kepercayaan dari Swarovski untuk menjadi partner branding tidaklah didapat dengan mudah. Mereka harus menunjukkan konsistensi bisnis hingga desain yang tidak sekadar asal jiplak dan pasang.

AR Signature dan Hestia, ia mengklaim, punya orisinalitas dalam desain. Mereka menolak permintaan konsumen yang memesan barang sekadar untuk meniru merek besar lainnya. “Awalnya kami dipandang sebelah mata oleh Swarovski, lama-kelamaan mereka melihat merek kami bertahan dan serius. Maka, dari Swarovski pusat di Austria ditunjuklah Swarovski Indonesia untuk kontak kami,” ujar pria kelahiran Juli 1988 ini.

Kemitraan tersebut membantu secara bisnis untuk meningkatkan kepercayaan. Seluruh produk yang dijual dijamin keasliannya, yakni hanya menggunakan elemen Swarovski. Kebetulan, menurut Alma, di Indonesia masih jarang pemain yang membuat sendiri perhiasan dengan Swarovski. Sebaliknya, untuk keperluan industri fashion banyak. “Jadi waktu awal membangun bisnis ini, kami melihat dulu siapa kompetitor kami, dan ternyata di Indonesia untuk perhiasan tidak ada. Kalau untuk baju banyak kompetitornya, Alma menuturkan.

Sejauh ini, pemasaran AR Signature lebih banyak menggunakan media sosial, bazar dan strategi dari mulut ke mulut. Hampir setiap bulan mereka selalu mengikuti bazar yang diadakan di mal besar Jakarta. Cara ini, menurut Alma, lebih ampuh daripada beriklan. Ia pernah mencoba memasang iklan di Internet dan majalah, tetapi tidak efektif dan kurang mendapatkan umpan balik. “Kami telah coba iklan, tapi tidak berhasil untuk bisnis perhiasan. Kami harus cari orang-orang yang memang hobi dengan perhiasan, terus kami konsen di sana,” ungkapnya.

Pemilihan jenis bazar pun, lanjut Alma, sangat penting untuk mendongkrak penjualan. Menurut pengalamannya, tidak semua bazar bisa memberikan kontribusi yang bagus bagi bisnis AR Signature. Tahun pertama ikut bazar misalnya, AR Signature merugi lantaran masih meraba-raba atau survei, bazar mana yang bisa memberikan kontribusi positif. “Kami catat bazar mana yang bagus, di tahun selanjutnya kami lebih selektif, kami ambil bazar yang oke saja,” kata Alma lagi.

Dua sejoli ini tidak ingin terlalu gegabah dengan menginvestasikan banyak dana dari segi pemasaran. Mereka lebih mengoptimalkan potensi yang ada, agar harga jual pun tidak langsung naik membubung tinggi. Aktivitas branding lewat media sosial, seperti Facebook, Instagram, situs, dan Twitter, saat ini cukup berkontribusi. Lagi pula, AR Signature pernah mencoba membuka toko di Plaza Indonesia, dan punya pengalaman yang kurang baik. “Kebetulan saat itu kondisi pasar lagi buruk, ditambah lagi malnya sedang direnovasi hampir semua lantai, sehingga toko sepi karena faktor tersebut. Akhirnya kami fokus di online,” Alma bercerita.

Dari segi media sosial, AR Signature memang punya banyak pengikut. Di Instagram misalnya, akunnya @arsignature punya lebih dari 1.700 pengikut, begitu pula dengan Twitter @arsignature_com yang memiliki lebih dari 2 ribu pengikut. Terpenting saat ini, menurut Alma, bagaimana menjaga kualitas produk untuk kesinambungan pasar. Jangan sampai AR Signature menjadi money-oriented sehingga melupakan kualitas. ”Jangan sampai harganya makin tinggi tapi kualitasnya makin jelek, Alma menegaskan.

Stefani Gustan, salah satu pelanggan AR Signature, merupakan contoh pelanggan yang terinformasi lewat media sosial. Ia mengaku mengenal produk ini melalui Instagram. Stefani merasa tertarik membeli karena harganya terjangkau, memiliki banyak variasi, dan melayani pesanan kustomisasi. “Kira-kira sudah beli di sana lebih dari lima kali, pelayanannya cukup memuaskan. Semoga tiap tahun keluar model baru terus, ujar Stefani

Sri Niken Handayani & Ananda Putri

Riset: M. Khoirul Umam

BOKS:

Profil Singkat

Nama merek:

AR Signature dan AR Hestia

Bidang bisnis:

Perhiasan yang didesain dengan menggunakan elemen Swarovski

Pendiri: Maharani Ruth (kelahiran tahun 1991) dan Almaciga Tjondro (kelahiran tahun 1988)

Omset:

Rp 80-100 juta per bulan

Strategi pemasaran:

Media sosial, bazar, dan dari mulut ke mulut

The post Kiat Bisnis Perhiasan Swarovski Dua Sejoli appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Intel Gandeng Columbia Pasarkan PC Pendidikan

$
0
0

Intel kembali memperkuat posisinya sebagai penggerak inovasi, khususnya di pasar lokal. Inovasi tersebut diwujudkan dengan menciptakan teknologi yang menggabungkan perangkat dengan sistem pembelajaran. Mengambil tema besar pendidikan, Intel menyediakan PC yang dilengkapi prosesor dan perangkat lunak. Teknologi ini diharapkan  menjadi faktor pendorong produktivitas serta teknologi pendidikan yang lebih baik. Hal ini diperoleh melalui kekuatan prosesor tinggi yang memungkinkan pengguna untuk berkarya dengan lebih baik.

intel

Demi mewujudkan hal tersebut, Intel menggandeng Columbia sebagai partner. Tujuannya adalah agar perangkat bisa terdistribusi secara luas. Seperti yang diketahui, Columbia mampu mengakomodasi pembeli PC dengan menawarkan program cicilan ringan serta paket pendidikan gratis. Produk ini dapat diperoleh di jaringan toko Columbia sebanyak 400 gerai yang tersebar di 300 kota di seluruh Indonesia.

Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, menyatakan bahwa Intel terinspirasi oleh teknologi yang menjadi dasar perubahan. Intel juga terus beberkolaborasi dengan sebanyak mungkin rekanan untuk mewujudkan cita-cita ini. Dengan berkolaborasi bersama Columbia, Intel menunjukkan komitmen kedua pihak untuk mendorong pemanfaatan teknologi di Indonesia.

“Intel berkomitmen untuk menghadirkan teknologi yang membantu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu, kami terdorong untuk memberikan akses teknologi bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja,” ujar Harry.

Harry percaya bahwa PC merupakan perangkat terbaik yang dapat membantu publik menciptakan peluang dan inovasi di berbagai bidang termasuk pendidikan, kewirausahaan, serta hiburan melalui kekuatan prosesor yang lebih canggih dengan kinerja lebih baik. Lebih lanjut, Intel dan Columbia juga menggunakan kesempatan ini untuk mengakselerasi penyebaran teknologi di bidang pendidikan. Didorong oleh pendekatan komprehensif Intel atas perubahan, program pendidikan inovatif telah disertakan dalam setiap PC yang diperoleh melalui program ini. Program ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mentransformasi bagaimana proses pembelajaran berlangsung.

Sinergi ini tentu saja disambut hangat oleh Columbia. Darwin Leo, Chief Operating Officer Columbia, berharap kolaborasi ini dapat membantu ketersediaan dan distribusi PC di Indonesia. “Kami menyediakan fasilitas untuk publik dan memungkinkan mereka untuk menikmati dan memiliki berbagai produk elektronik yang diperlukan. Kami juga bangga dapat berbagi visi yang sama dengan Intel Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup rakyat melalui pemanfaatan PC. Kami harap kolaborasi ini dapat membantu dan mendorong publik untuk memiliki PC sehingga mereka juga mampu berinovasi dan menciptakan hal-hal baru,” kata Darwin.

Kedua belah pihak tentunya bangga dan dapat turut serta dalam upaya pemberdayaan publik seiring dengan upaya mentransformasi pendidikan sehingga kita dapat mempersiapkan siswa-siswi Indonesia untuk masa depan yang lebih baik. “Kami membayangkan masa depan di mana teknologi secara efektif dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sehingga dapat membantu para siswa mencapai potensi terbaik mereka,” jelas Harry menutup pembicaraan. (EVA)

The post Intel Gandeng Columbia Pasarkan PC Pendidikan appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Porter.id Padukan Layanan Logistik Konservatif dan Outsourcing

$
0
0
Richard Cahyanto, CEO dan Co-Founder Porter.id

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mendorong meningkatnya kelas menengah dan konsumsi masyarakat, kebutuhan logistik terus meningkat sebesar 15% setiap tahunnya. Di tahun 2014 saja, data dari Fost & Sullivan market sizenya setara dengan APBN atau sekitar Rp 1.800 triliun.

Richard Cahyanto, CEO dan Co-Founder Porter.id

Richard Cahyanto, CEO dan Co-Founder Porter.id

Selain itu, faktor pendorong lainnya adalah sebanyak 15-20% urusan logistik dari perusahaan dilempar ke pihak ketiga atau alih daya (oursourcing). Menurut Zaldy Ilham Masita, Presiden Asosiasi Logistik Indonesia, setiap tahun jumlah tersebut akan terus meningkat.

Melihat peluang itu, Richard Cahyanto (28) mengajak rekan-rekannya untuk membangun sebuah platform inovatif sebagai opsi permasalahan logistik yang ada di Indonesia lewat bendera PT Porter Primalayan Indonesia (Porter.id).

“Sebelum adanya Porter.id, bisnis memiliki dua opsi untuk bidang logistik. Yaitu, memiliki armada sendiri atau menggunakan jasa outsourcing konvensional. Keduanya memiliki kelemahan tersendiri. Nah, bisnis kami menyatukan yang terbaik dari kedua opsi ini sehingga menjadi sebuah solusi yang terbaik untuk bisnis,” jelas Richard pada SWA Online di Jakarta (9/5).

Porter.id adalah sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang on-demand logistics. Didirikan pada bulan Oktober 2015 lalu. Selain Richard, ada Anthony Sadeli dan Jessica Hendrawidjaja. Berbeda dengan Anthony dan Jessica, Richard mengaku hanya dua tahun kuliah di Singapore Management University lalu sempat bekerja sebagai konsultan makanan dan minuman di Singapura. Setelah itu, ia kembalinya ke Indonesia dan mengajak kedua sahabatnya itu untuk membangun Porter.id

Porter.id menargetkan klien dengan cakupan yang sangat luas, semuua perusahaan dan bisnis yang membutuhkan layanan logistik, Porter.id siap untuk memprospeknya. “Saat ini banyak sekali jenis usaha, baik e-commerce maupun konservatif yang membutuhkan usaha logistik yang handal dan terpercaya. Sayangnya, belum ada jasa logistik yang robust dan reliable untuk membantu usaha mereka,” lanjut Richard yang menjadi pemimpin untuk tim yang berjumlah 18 orang.

Dengan modal armada kendaraan roda dua, Porter.id dapat memastikan barang yang diantar oleh klien di wilayah Jadetabek dapat dijangkau dengan harga yang lebih murah. Meski tidak merinci harganya, namun Richard membeberkan jika harga yang lebih murah itu bukan dari prinsip ‘bakar uang’. Tetapi lewat model bisnis secara keseluruhan yang dirancang. Dan juga menjaga kepercayaan dari klien yang sudah ada.

Ia mencontohkan, jika ada armada yang mengantar barang ke satu tempat, lalu sekembalinya ke tempat semula tidak membawa barang. Maka, cost yang dikeluarkan jauh lebih mahal. Lewat sistem yang sudah teruji, seperti fitur live tracking dan delivery management system. Richard memastikan bahwa setiap armada Porter.id akan tetap mengantar barang dua arah sekaligus sehingga lebih efisien.

Semakin rajin porter mengirim barang, semakin banyak pula pendapatan yang ia terima. Richard mengklaim jumlah pendapatan porter (pengantar barang) di atas upah minimun regional Jakarta.

“Uji coba system delivery network pertama kali kami pakai, lewat platform kakilima.porter.id. Setelah 3-4 bulan kami coba dan ternyata sangat baik hasilnya. Lebih dari 800 pedagang kali lima yang terdaftar dan rupanya hal itu yang membuat Jakarta smart city menggandeng kami,” lanjut Richard.

Segala jenis barang, baik dari makanan, alat elektronik ataupun dokumen siap dilayani Porter.id. Dengan modal utama adalah kepercayaan, sebanyak 50 armada yang sudah bergabung siap untuk mengantarkan barang ke tujuan dengan aman. Di akhir 2016 ini, ditargetkan jumlah armada sebanyak 300.

Porter.id memang sengaja tidak memperbanyak jumlah armadanya, untuk bergabung sebagai porter pun sangat selektif dan ada pelatihannya terlebih dahulu. Dengan system delevery network yang sudah teruji, RIchard sangat optimis jumlah yang ada bisa mencover semua klien.

“Yang kami terapkan adalah prinsip batasan wilayah dan kapasitas orderan. Semakin luas wilayah yang dijangkau, maka semakin banyak jumlah kirimannya,” jelas Richard.

Maksudnya, jika ada satu perusahaan yang sudah memakai jasa Porter.id lalu ia cocok dengan layanannya, maka ia akan menggunakan kembali untuk pengiriman ke wilayah lain dengan jumlah kiriman yang bisa lebih besar dari sebelumnya.

Mengenai investasi yang keluar lebih dari Rp 1 miliar, Richard mengaku posisi Porter.id yang di tahap bootstrapping. Saat ini masih menggunakan dana dari para pendiri dan juga angel investor. Beberapa Venture Capital sedang dijajaki untuk masuk pada tahap Seed. Harapannya jika sudah ada pendanaan selanjutnya, bisnis yang dibangun bisa berusia panjang. (EVA)

The post Porter.id Padukan Layanan Logistik Konservatif dan Outsourcing appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Aldo Benas

$
0
0
Aldo Benas

Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, S-1 Ekonomi dari US Berkley, Amerika Serikat, Aldo Benas menapaki tangga karier di bidang ekonomi juga. Awalnya, dia bekerja di Credit Suisse Indonesia menjadi periset yang menyediakan data untuk klien. Lalu, dia dibajak oleh Sinar Mas Digital Venture (SMDV) untuk melakukan analisis investasi permodalan ventura di perusahaan startup dan teknologi.

Aldo BenasRole saya, misalnya ada investment oportunity seperti startup, pengelola website dan aplikasi pencari funding, saya sebagai analis investasi. Tugasnya mengakses apakah bisnis ini cukup menjanjikan ke depannya dan cocokkah diberi dana investasi,” ujar kelahiran Jakarta 24 September 1991 ini.

Bagi Aldo, tantangan pekerjaan yang dihadapi ada dua. Pertama, memastikan apakah dalam mengakses bisnis ini cocok untuk investasi atau tidak. Investasi adalah suatu kepercayaan kepada perusahaan yang satu dan lainnya. “Kami kan menaruh uang, pasti melihat apakah foundernya bisa mengeksekusi strategi dan bussines plan yang sudah mereka janjikan pada investor,” dia menegaskan.

Tantangan kedua, komunikasi antara investor dan pemilik usaha yang banyak dinamikanya. Umpamanya, kondisi yang tidak bisa ditebak, sehingga menjaga dinamika antara investor dan founder menjadi sesuatu yang penting sekaligus merupakan tantangan.

Untuk menghadapi tantangan itu, saya berusaha menjaga dinamika dengan komunikasi terbuka. Kalaupun ada kritik, ya harus dilakukan dengan forum yang membangun. Karena, investasi itu seperti halnya pernikahan, jaga komitmen satu sama lain dan harus menjaga tujuan di awal,” Aldo menjelaskan.

Sejauh ini, beberapa perusahaan startup yang telah mendapat suntikan dana SMDV adalah Urbanindo.com, Giftcard.co.id, Femaledaily.com, DIMO (digital money), Omise (payment gateway), dan Ardent Capital.

Kalau ditanya apa kontribusi saya bagi perusahaan, saya berusaha dengan kapabilitas saya dalam menganalisis, berafiliasi dan berinvestasi supaya bisa valuable dengan return menarik bagi perusahaan. Jadi dengan kapabilitas dan networking saya, diharapkan SMDV bisa lebih dikenal orang,” ucap Aldo, yang selalu memegang prinsip jujur, disiplin dan kerja keras dalam bekerja.

Dalam mencapai target kariernya, Aldo memiliki strategi khusus, yakni banyak membaca dan berdiskusi dengan berbagai narasumber. Cara ini diyakini dapat mengasah kemampuan analisis dan banyak merefleksikan apa saja yang banyak terjadi masyarakat. “Hidup itu kan about the dots, jadi gimana caranya mengorelasikan hal-hal tersebut satu sama lain agar membentuk suatu jaringan yang kuat sangatlah dibutuhkan,” Aldo menguraikan alasannya.

Kelak, saya ingin menjadi investor yang lebih andal dan bisa belajar entrepreneurship. Bahkan, saya bermimpi menjadi entrepreneur. Bagaimanapun, menjadi entrepreneur itu tidak mudah, tetapi sekaligus menyenangkan,” kata Aldo menutup pembicaraan.

Eva M. Rahayu/Rizky C. Septania

The post Aldo Benas appeared first on Indonesia Youngster Inc..

Viewing all 133 articles
Browse latest View live